Sampah yang ada, sebutnya, ditumpuk 4 sampai 7 hari kemudian diolah menjadi pupuk. Memang saat ini masih skala kecil, namun ke depannya Pemko Medan akan mengolah 30 ton sampah dalam watu 1 jam.
“Uji labnya sudah keluar. Alhamdulillah hasilnya bagus dan ini mau coba kita pasarkan, terutama kita pakaikan dulu di lahan-lahan kita seperti di kecamatan yang memiliki ladang. Kita distribusikan dulu secara gratis. Kemarin juga sudah kita bagikan ke kabupaten/kota yang ada di Sumut, agar bisa dijadikan percontohan.
Tujuan utama dari pengolahan ini bukan untuk menghasilkan profit, tetapi untuk menghilangkan sampah yang ada di Kota Medan,” jelas Bobby Nasution.
Kota Medan, sebutnya, menghasilkan 2000 ton sampah per hari. Dan Medan juga pernah pernah mendapat predikat kota terjorok. Ini terkait dengan sistem pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA Medan masih bersistem open dumping, karena itu saat ini Pemko Medan tengah berusaha beralih ke sistem sanitary landfill.
“Ada lahan TPA Regional yang menggunakan sistem sanitary landfill ada 50 hektar.TPA Regional ini merupakan kolaborasi Pemko Medan dengan Pemkab Deliserdang, dan Pemprovsu.
Untuk lahan di masing-masing wilayah sudah di tetapkan sebanyak 16 hektar. Sedangkan untuk TPA yang lama kurang lebih ada sisa hanya 4 hektar lagi. Ketika ini pindah, yang lama tidak kita tinggalkan begitu saja, pengolahan ini akan kita optimalkan untuk mengolah sampah-sampah yang di TPA Terjun. Jadi walaupun kita pindah ke sanitary landfill, yang open dumping tetap kita olah,” ungkapnya.
Dalam perhelatan itu, Bobby Nasution juga meninjau secara langsung tempat pengolahan sampah Pasar Induk Lau Cih. Dia memerhatikan dengan teliti kerja mesin pengolahan sampah. Sesekali Wali Kota juga memberikan arahan kepada Kadis Kebersihan dan Pertamanan yang mendampinginya dalam peninjauan itu.