Raja Ampat-Mediadelegasi: Polemik tambang nikel di Raja Ampat kembali memanas. Munculnya video viral di media sosial yang memperlihatkan kapal-kapal pengangkut bijih nikel dengan nama yang tidak biasa telah memicu kontroversi.
Nama-nama kapal tersebut, “JKW Mahakam” dan “Dewi Iriana,” menarik perhatian publik karena kemiripannya dengan inisial Presiden Joko Widodo dan nama istrinya. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keterkaitan antara aktivitas pertambangan dan pejabat negara.
Berdasarkan penelusuran Kompas.com di situs Direktorat Perkapalan dan Kepelautan Kementerian Perhubungan (Ditkapel Kemenhub), terdapat setidaknya delapan kapal bernama “JKW Mahakam” dan enam kapal bernama “Dewi Iriana”. Kapal-kapal tersebut dimiliki oleh empat perusahaan berbeda.
Empat perusahaan tersebut adalah PT Pelita Samudera Sreeya (PSS), PT Glory Ocean Lines (GOL), PT Sinar Pasifik Lestari (SPL), dan PT Permata Lintas Abadi (PLA). Menariknya, sebagian besar kapal dengan nama tersebut dimiliki oleh PT PSS, anak perusahaan dari PT IMC Pelita Logistik Tbk (PSSI), yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan fokus pada angkutan barang tambang.
PT PSS sendiri relatif baru, didirikan pada tahun 2023. Fakta ini semakin menambah pertanyaan tentang keterkaitan antara perusahaan-perusahaan tersebut dan aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat.
Rute beberapa kapal “JKW Mahakam” dapat dilacak melalui situs pelacakan kapal seperti vesselFinder, memberikan informasi lebih lanjut tentang aktivitas pengangkutan bijih nikel. Namun, kepemilikan kapal dan keterkaitannya dengan tambang nikel masih perlu diinvestigasi lebih lanjut.
Kontroversi ini menunjukkan kompleksitas isu tambang nikel di Raja Ampat, yang tidak hanya melibatkan aspek lingkungan dan ekonomi, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan etika dalam dunia bisnis dan pemerintahan.D|Red