“Cakupan inovasi ini luas. Maksud inovasi di sini adalah setiap hal yang memudahkan kinerja menjadi lebih efektif dan efisien, serta bisa terinformasi dan terpublikasi. Bahkan inovasi bisa saja muncul dari kerja dan tugas sehari-sehari dari OPD yang berhadir hari ini. Kita analisis bagaimana menjadikan pekerjaan kita lebih efisien, praktis, dan cepat,” jelas Martina.
Dilanjutkan Martina, alasan lain yakni kurangnya keseriusan dalam meneliti inovasi yang sudah ada. Inovasi yang telah dibuat tidak ditindaklanjuti karena kurangnya minat OPD dalam menyelesaikan narasi dari penelitian inovasi tersebut. Maka dari itu, Martina mengingatkan sekaligus mengajak para OPD untuk mau ikut turut serta memahami dan mengikuti perlombaan inovasi daerah.
“Saya yakin kemungkinan besar OPD sudah terpikirkan inovasi apa yang akan dibuat, namun karena kurangnya pemahaman dalam bidang tersebut jadi inovasi tidak berlanjut. Jadi, pihak Balitbang bisa berkoordinasi dengan para OPD untuk membantu dalam menganalisis inovasi yang ada. Untuk para OPD, ayo sama-sama kita mulai berinovasi, dan jangan pernah merasa pesimis jika mengalami kendala dalam mengembangkannya,” ajak Martina.
Sementara itu, sebagai pembanding, Ratri mengatakan langkah pertama dalam mewujudkan para OPD dalam berinovasi yaitu menetapkan Indikator Kerja Utama (IKU) dalam setiap program dan setiap OPD harus paham mengenai IKU tersebut. Di samping itu, pentingnya melakukan koordinasi dengan pihak terkait seperti para akademisi yang dapat memberikan masukan memudahkan hadirnya inovasi tersebut.
Terakhir, Ratri mengajak para OPD terkait untuk mulai menambah wawasan mengenai inovasi, misal dengan mencari melalui situs Google inovasi apa saja yang menang dalam perlombaan inovasi daerah.
“Kalau kita sudah paham mengenai dasar inovasi, pasti minat dalam berkreatifitas itu akan muncul. Sebenarnya dalam mengikuti perlombaan pun sangat penting untuk memancing berpikir dalam memunculkan inovasi yang berkualitas,” ujar Ratri. D|Med-82