Idi-Mediadelegasi: Bupati Aceh Timur H Hasballah Bin HM Thaib SH meninjau sekaligus memasang papan nama (plang) kawasan pembangunan Suaka Badak Sumatera atau Suaka Rhino Sumatera (SRS) di kawasan hutan Alur Timur, Desa Sri Mulya, Kecamatan Peunaron Peunaron, Kabupaten Aceh Timur, Sabtu kemarin.
Progres Pembangunan tempat perlindungan badak semi in-situ ini di Kabupaten Aceh Timur rencananya akan dimulai pada tahun 2021. Pembangunan suaka badak ini bagian dari rencana aksi darurat penyelematan badak sumatera dari dari kantong populasi yang sudah tidak Sintas (Tidak Viable) dan populasi serta habitatnya sudah terisolasi, di kawasan hutan Aceh.
Bupati Aceh Timur Hasballah mendukung penuh perkembangan pembangunan ini. Selain menjadi kawasan lindung untuk kelestarian alam dan satwa lokasi penangkaran badak nantinya juga menjadi destinasi wisata konservasi baru di Aceh Timur.
“Ini merupakan prospek yang sangat bagus bagi ekonomi masyarakat yang ada di sini. Satwa kita bisa terjaga dengan baik, ekonomi masyarakat juga ikut terbangun. Mudah- mudahan proses pembangunan ini bisa secepatnya tercapai sesuai dengan rencana yang telah disusun,” kata bupati Hasballah seraya mengajak masyarakat untuk mendukung membantu mewujudkan kehadiran suaka badak ini.
Selain itu hutan Aceh Timur kata Rocky ini memiliki hutan yang sangat luas dan asri. Sebagian Kawasan hutan terhubung langsung dengan hutan alami Kawasan Ekosistem Leuser termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). “Kekayaan alam dan satwa ini patut kita jaga bersama,” tandas Rocky.
Sementara itu Koordinator Program Perlindungan Satwa Liar dari Forum Konservasi Leuser (FKL) Dedi Yansyah mengucapkan terimakasih kepada pemerintah dan masyarakat kabupaten Aceh Timur yang telah mendukung progres pembangunan ini bahkan pihaknya juga menargetkan tahun 2021 pembangunan SRS segera rampung.
“Saat ini proses dalam pengurusan perizinan dan InsyaAllah Finalisasi Detail Engineering Design (DED) dalam bulan ini akan selesai dan Pembangunan ini tentu sangat penting demi Penyelematan badak terakhir di dunia,” kata Dedi.
Dedi menjelaskan, spesies badak sumatera di dunia sudah sangat langka, jumlahnya diperkirakan hanya tinggal sekitar 50 individu lagi. “Mereka harus diselamatkan dan Aceh salah satu harapan terakhir bagi kelestarian mereka,” pungkas Dedi.
Dedi menjelaskan keberadaan SRS di Aceh Timur nanti dijadikan sebagai tempat penangkaran badak. Badak yang telah dikembangbiakkan di SRS Aceh Timur nantinya akan dilepaskan kembali ke kawasan hutan Aceh sehingga mereka bisa kembali menjadi populasi-populasi yang sehat dan terus berkembang hingga akhir masa.
“Keberadaan badak di kawasan Leuser Timur saat ini sudah terisolasi. Mereka saat ini terpisah-pisah. Pun demikian tim lapangan FKL bersama dengan KPH dan BBTNGL terus memonitoring dan melakukan proteksi sehingga badak itu tidak menjadi sasaran pemburuan,” pungkas Dedi.
Peninjauan lokasi SRS dihadiri langsung oleh Bupati Aceh Timur H Hasballah Bin HM Thaib SH, Forum Konservasi Leuser (FKL), Plt Asisten II, staf ahli bupati Aceh Timur, dan perwakilan para OPD dalam lingkungan pemerintahan Kabupaten Aceh Timur. D|Ach-78