Dalam Islam, konsentrasi yang penuh dan padat itu dapat dengan mudah dilakukan bagi mereka yang tekun dan khusuk menunaikan ibadah lima waktu. Lantaran sholat itu — bagi mereka yang telah mencapai tingkatan tertentu — adalah pertemuan dan dialog bersama Tuhan, Allah SWT sebagai pemilik dunia dan seisinya.
Sikap untuk lebih banyak mendengar itu bisa dimaknai agar bisa lebih banyak menahan diri untuk tidak banyak berbicara. Sebab dengan begitu energi untuk lebih banyak merenung — berpikir — untuk dapat mendiskusikan segala sesuatunya dengan segenap kecerdasan intelektual serta kecerdasan spiritual dapat berlangsung dan menghasilkan kesimpulan final yang genuin dan komprehensif.
Begitulah intinya perintah membaca seperti yang diisyaratkan Al Qur’an — Iqro bismirab bikallazi kholag dan seterusnya itu — dalam pengertian membaca banyak hal yang tidak tertulis. Lantas mendengar suara yang tidak terdengar, serta melihat banyak hal yang tidak tampak wujudnya.
Seperti sifat pengasih serta penyayang dari Allah SWT yang tiada terkira banyaknya untuk alam dan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Semua itu diwujudkan Tuhan dalam bentuk nyawa (ruh) yang lengkap dengan segenap organ tubuh yang unik dan ghaib, seperti rasa gembira dan sedih yang penuh misteri.D|Red