“Karena sampai detik ini kita belum bisa lepas dari belenggu korupsi, suatu perbuatan yang membuat rakyat sengsara, kalau kita ini baik, mengikuti ajaran agama kita, KPK ini tidak perlu ada, namun karena nafsu kita yang tidak terkendali makanya KPK ini ada,” tambahnya.
Pada pertemuan tersebut, Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar menyampaikan materi tentang peran ibu dan keluarga dalam pencegahan korupsi. Menurutnya, pada kasus tindak pidana korupsi yang paling menderita adalah istri dan anak.
“Mereka mengalami depresi hingga mendapat bully dari masyarakat, untuk itu amat penting peran ibu dan keluarga dalam pencegahan korupsi,” terangnya
Ditegaskannya, peran seorang ibu sangat dibutuhkan, karena ternyata korupsi itu bisa ditekan mulai dari tingkat keluarga terkecil. Seperti sosok ibu yang mengajarkan nilai-nilai kejujuran pada anak sedini mungkin, menyampaikan anak harus bertanggung jawab atas apa yang sudah disampaikannya.
Tidak hanya ibu, kata Lili, dari beberapa kasus yang terjadi dapat dilihat bahwa kasus korupsi juga melibatkan keluarga, dengan mengikutsertakan istri dan anaknya untuk melakukan pencucian uang. Padahal seharusnya, sebagai seorang istri harus berani bertanya pada suami tentang uang yang banyak dari mana asalnya, mobilnya dari mana, jangan ketika suami sudah pakai rompi orange atau menjadi tersangka kasus korupsi, istri baru sibuk mencari tahu ke sana sini.
Acara sosialisasi yang dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat tersebut, diakhiri dengan penyerahan cendra mata antara Pemprov Sumut dengan KPK RI, dan foto bersama dengan pimpinan OPD yang berhadir.D|Med-GH