Di kawasan ini bahkan memiliki pinus (tusam) terbesar di dunia (pinus merkusii) dengan diameter 1,5m dan diperkirakan berusia 200 tahun. Menurut Kepala Balai Litbang LHK Aek Nauli Pratiara Lamin, tingkat polusi di kawasan Aek Nauli sangat rendah sekali. Ia menjelaskan indikatornya antara lain vegetasi di kawasan itu banyak ditemui pacat hingga lumut.
Pratiara mengatakan pengunjung bisa datang dengan perseorangan maupun secara kelompok. Jumlah kunjungan pada tahun 2019 mencapai lebih dari 60 ribu. Balai Litbang LHK Aek Nauli pun menangkap ada segmen wisata minat khusus, yakni perkemahan, trekking, konservasi gajah, edukasi flora fauna dan lainnya.
“Artinya salah satu tujuan wisata ke depannya di Danau Toba tidak hanya wisata air atau budaya, tapi ada wisatawan yang tertarik untuk wisata minat khusus. Segmen itu yang kita tangkap. Jumlah pengunjung 60 ribu per tahun, itu berarti minat khusus itu cukup baik,” ungkap Pratiara.
Namun pada masa pandemi, pengunjung berkurang. KHDTK pun sempat ditutup beberapa saat. Namun pada awal Juni, KHDTK Aek Nauli dibuka kembali dengan tetap mengedepanan protokol kesehatan. “Kita mulai menerapkan, tidak bisa lagi mengumpulkan kerumunan,” kata Pratiara.
Salah seorang pengunjung yang juga aktor kenamaan nasional Sultan Djorghi juga mengagumi keindahan Danau Toba. Ia mengangumi kawasan Aek Nauli yang memiliki taman wisata kera dan jungle trekking. Oleh sebab itu, Ia mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Sumut agar datang ke Danau Toba.
“Di puncak panorama itu kita bisa melihat keindahan Danau Toba yang luar biasa. Saya berharap seluruh masyarakat Indonesia, yuk kita bangkitkan lagi pariwisata Sumatera Utara karena luar biasa,” kata Sultan Djorghi. D|Med-54