Mulainta boru Sitindaon, nenek tua di Dusun Dua, Pardomuan Nauli tampak mengais dan membolak-balik biji kopi yang terjemur di halaman rumahnya.
Kehadiran Tim Mediadelegasi, Selasa 26 April 2022, tampak mengusik kesibukan kaum ibu dengan jemuran biji kopi di halaman rumah masing-masing.
Bagai tidak mau kehilangan kesempatan sia-sia, sejumlah keluhan bernada keprihatinan satu persatu menguap. “Perhatian sepi pemerintah, membuat banyak persoalan dan kesenjangan yang membuat kami merana. Mulai dari kondisi jalan menuju desa, kekeringan saat kemarau sebulan saja, fasilitas kesehatan hingga keterbatasan akses signal ponsel,” ungkap seorang ibu yang kemudian diketahui bernama Errita Br Sitanggang Kepala Dusun Dua.
Kekeringan di atas Danau Toba. Salah satu bentuk derita yang membuat penduduk Dusun Dua ini merana. Ada embung tadah hujan seluas lebih kurang tiga rantai di sebelah barat perkampungan. Di hilir embung ada semacam kamar mandi satu skat, tempat mereka antri demi kebutuhan Mandi, Cuci, Kakus (MCK) setiap hari. Tidak air di rumah jika tidak diambil dari mual (mata air-red).
Mulainta boru Sitindaon bersama ibu-ibu yang lain tampak bagai iringan pawai dengan ember plasitik 10 liter di atas kepala mereka masing-masing. Berjalan lebih kurang 200 meter, air pun sampai di rumah pas sekadar untuk keperluan buang air kecil, minum dan mencuci tangan.
Tanpa jamban hampir di sebagian besar rumah, saat kebelet, hanya bisa mengunjungi kamar mandi di hilir embung.