Di sudut lain ada air terjun, stalaktit dan stalakmit yang menghujam dari plafon gua, bagaikan lansklap alam indah paripurna. Ikan endemik dan aneka satwa bisa hidup dengan nir cahaya yang masuk ke gua bentukan alam yang masih genuine itu.
Di kawasan Banuarea ada sekitar seribuan gua yang tersebar di berbagai lokasi, yang harus diteliti keberadaanya. Diduga, gua-gua ini adalah hasil letusan dahsyat Gunung Toba ribuan tahun silam, di antaranya gua Pinapan, gua rahar ni api dan gua jabi-jabi. Seperti di gua rahar ni api misalnya, ada tekstur batuan menyerupai kerangka naga; satu kepala, dua badan dan dua ekor.
Di pinggir jalan tumbuh tanaman endemik ‘si boru tiktik’ yang punya history tersendiri bagi masyarakat Banuarea. Seperti diterangkan Pak Simanullang, di daerah Banuarea ada beberapa tumbuhan endemik yang dijadikan sebagai tumbuhan obat herbal, seperti siboru tiktik (kaya nutrisi, baik untuk pencernaan) Pidddul (sayuran), Sitopu (rasa mecin, penyedap rasa) dan simarbosi-bosi (penetralisir narkoba dalam tubuh)
Banuare dengan keragaman pototensi bio, gea dan culture diversity menjadi obyek pendukung kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata super prioritas. Wisata alam memiliki pasar peminatnya tersendiri. Di belahan negara lain, wisata alam tengah menjadi tren, utamanya ketika pandemi Covid-19 sudah berlalu. Eksotis alam Banuarea akan menghasilkan sensasi tersendiri bagi pengunjung. Destinasi Seribu Gua ini menjadi obyek pilihan yang bisa menambah panjang trip wisata bagi wisatawan yang akan mengunjungi Danau Toba, sehingga akan dapat menambah spelling dolar bagi masyarakat sekitar.