“Potensi lainnya saya lihat, kawasan pantai juga sangat cocok untuk pariwisata. Tetapi bukan hanya itu saja, sekarang ini banyak sudah kita ketahui namanya agrowisata. Jadi nanti bukan mengandalkan pantai saja, tetapi juga mengelola sumber kekayaan alam lainnya. Kalaupun yang lain, hasil kelola pertanian juga bisa dijual, disiapkan penampungnya,” jelas Sabrina, sambil sesekali memancing warga untuk tertawa.
Sebagai seorang yang lahir dan besar di kawasan pesisir di Labuhanbatu, Sabrina mengaku memahami karakter masyarakat terutama sepanjang pantai timur Sumut yang masih dinilai sebagai satu rumpun Melayu yang saling berdekatan satu sama lain. Karena itu, dirinya optimis dengan sikap terbuka masyarakat dan mau bermusyawarah bersama merembukkan sesuatu, upaya membudidaya kawasan hutan mangrove dapat dilakukan secara bergotong-royong.
“Apalagi saya dengar tadi ada pemodal yang mau membantu. Bahkan dengan pembagian keuntungan dari 50-50, 40-60 sampai 30-70. Bisa-bisa nanti keuntungan udah 100% sama masyarakat. Tetapi jangan juga terlalu lama berembuk. Sebab kalau bercerita, kita jagonya, nanti tak jadi barang tu,” sebut Sabrina disambut kelakar para hadirin.
Menutup pembicaraannya, Sabrina pun berpesan kepada Plt Kepala Dinas Kehutanan Sumut Herianto yang juga hadir mendampingi dalam pertemuan itu agar memperhatikan masyarakat tersebut, seperti memberikan pembinaan, bantuan hingga berbagai arahan agar upaya pelestarian hutan mangrove dan menyejahterakan warga setempat berjalan selaras.
Senada dengan itu, Herianto mengatakan bahwa Pemprov Sumut telah memberikan perhatian khusus kepada masyarakat setempat yang selama ini telah bersedia berpartisipasi menjaga kawasan hutan mangrove. Karena itu pihaknya berkomitmen untuk tetap membina masyarakat yang peduli kelestarian alam.