Samosir-Mediadelegasi: Penggiat Geopark Toba, Pemerhati Pembangunan Berbasis Komunitas UNESCO melalui Konferensi Internasional ke-11 UNESCO Global Geoparks di Chile, 6 September 2025, secara resmi merekomendasikan status Kartu Hijau bagi Toba Caldera UNESCO Global Geopark (UGGp). Status ini diberikan setelah sebelumnya Geopark Toba berada dalam posisi “Kartu Kuning” dan diminta melakukan sejumlah pembenahan strategis.
Sebagai salah satu penggiat Geopark Toba yang mengikuti proses ini dari dekat—meskipun tidak hadir langsung dalam sidang di Chile—saya menyambut baik keputusan ini. Namun lebih dari sekadar rasa bangga, capaian ini perlu dimaknai sebagai momentum reflektif, bukan euforia seremonial.
Lebih dari Sekadar Penilaian Administratif
Kartu Hijau dari UNESCO bukan sekadar pengakuan administratif. Ia adalah bentuk kepercayaan bahwa Toba Caldera kini dianggap memiliki tata kelola yang lebih baik, narasi geopark yang lebih utuh, dan komitmen nyata terhadap pelestarian geologi, budaya, dan keberlanjutan ekonomi masyarakat.
Evaluasi menunjukkan bahwa Toba telah memulai proses identifikasi geositus-geositus baru, yang menjadi landasan penting dalam pengembangan geowisata. Di saat bersamaan, narasi geopark telah berkembang ke arah yang lebih holistik: menggabungkan cerita geologi dengan keanekaragaman hayati dan budaya lokal.
Namun, saya perlu menekankan: banyak pekerjaan rumah yang masih menanti. Evaluator UNESCO dengan tegas menyampaikan sejumlah rekomendasi kritis, mulai dari reformasi manajemen hingga pendekatan edukatif yang lebih inklusif.
Mendesak: Reformasi Struktur dan Edukasi Publik
Salah satu sorotan utama adalah struktur kelembagaan, terutama Dewan Pakar yang dinilai terlalu besar dan tidak efektif secara operasional. Rekomendasi untuk menyederhanakannya menjadi badan khusus yang lebih lincah bukanlah kritik, melainkan peringatan dini untuk menghindari kebuntuan birokrasi yang bisa menghambat kemajuan.






