Medan-Mediadelegasi: Buku berisi kisah tentang pegembaraan ‘Guru Patimpus” mendirikan Kampung Medan karya Arry Darma telah terbit dalam edisi khusus dan secara resmi segera diluncurkan di Medan, pada 22 Oktober 2022.
“Rencananya buku edisi khusus Guru Patimpus akan diluncurkan dalam sebuah acara di convention hall Hotel Danau Toba Medan pada 22 Oktober 2022,” kata ketua panitia peluncuran buku ‘Guru Patimpus’, John Roy Peter Kaban yang akrab disapa Roy Kaban kepada mediadelegasi di Medan, Kamis (6/10).
Ia menjelaskan, gagasan menerbitkan buku tentang Guru Patimpus dalam edisi khusus muncul dari keluarga besar Sembiring Pelawi yang merupakan salah satu dari garis keturunan Guru Patimpus.
Mereka merasa terpanggil untuk menerbitkan buku tersebut setelah mencermati hasil riset yang menyebutkan masih rendahnya jumlah warga Medan yang mengetahui Guru Patimpus sebagai pendiri Kota Medan 412 tahun silam.
“Berdasarkan data dan riset yang dilakukan, saat ini persentase warga Kota Medan yang mengenal Guru Patimpus Sembiring Pelawi sebagai pendiri Kota Medan hanya sekitar 23 persen, dari total penduduk di kota ini,” paparnya.
Menyikapi hal itu, pihaknya bekerja sama dengan Patimpus Pelawi Pendiri Kota Medan (PPPKM) sebaga salah satu dari empat Garis Keturunan Guru Patimpu terpanggil untuk meluncurkan buku tentang kisah pengembaraan Guru Patimpus mendirikan Kampung Medalam Tahun 1590.
Buku tersebut selain akan dipasarkan ke masyarakat, kata Roy Kaban, juga akan diusulkan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Medan untuk dijadikan sebagai salah satu buku pelajaran muatan lokal di sekolah.
Lebih lanjut ia mengatakan, sebanyak 20 persen dari total penjualan buku tersebut akan didonasikan untuk biaya pembangunan tugu atau geriten dan pemugaran makam Guru Patimpus di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang.
“Makam Guru Patimpus di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak sudah saatnya dipugar agar masyarakat dan generasi penerus mengetahui makam tersebut merupakan sebuah situs yang sangat penting dalam sejarah berdirinya Kota Medan,” ujar Roy Kaban.
Selain itu, menurut dia, pemugaran makam dan pendirian tugu Guru Patimpus Sembiring Pelawi di sekitar lokasi tersebut juga sebagai bentuk penghargaan kepadaGuru Patimpus Sembiring Pelawi atas jasanya mendirikan Kota Medan pada tahun 1590 silam.
Tanah warisan
Sebagaimana diketahui, Guru Patimpus Sembiring Pelawi yang lahir di Desa Ajijahe Tanah Karo 1540, hingga akhir hayatnya tidak memiliki tanah warisan untuk anak cucunya.
Guru Patimpus Pelawi merupakan sosok pria perkasa yang berjiwa petualang dan pengembara untuk menjalankan visi kemanusiaan, yaitu mengobati orang sakit dari satu daerah ke daerah lain mulai dari dataran tinggi Karo sampai ke Tanah Deli.
Pada setiap tempat, Guru Patimpus mendirikan pemukiman yang kemudian menjadi desa.
Menurut sejarah, Guru Patimpus juga mendirikan Sepuluh Dua Kuta, mulai dari Desa Perbaji Karo hingga terakhir di Medan.
Beberapa keturunannya, di antaranya anak pertama dari istri Br Sinuhaji, Bagelit Sembiring Pelawi yang mendirikan Desa Sukapiring dan keturunannya menjadi Raja Urung Datuq Sukapiring.
Anak dari istri kedua yang juga Br Sinuhaji di Desa Ajijahe, bernama Jenda Sembiring Pelawi menjadi Raja Ajijahe.
Dari istri ketiga Br Bangun di Desa Perbaji, Aji Sembiring Pelawi menjadi Raja di Desa Perbaji.
Anaknya kedua diberi nama Raja Kita Sembiring Pelawi menjadi Raja di Desa Durin Kerajaan di Kabupaten Langkat.
Istri keempat Br Tarigan putri Raja Pulo memberinya dua anak laki-laki yang diberi nama Kolok (Hafiz Tua) Sembiring Pelawi dan Kecik (Hafiz Muda) Sembiring Pelawi yang kemudian menjadi Raja Urung Sepuluh Dua Kuta.
Pada tahun 1590, Guru Patimpus dan istrinya Br Tarigan menemukan Sungai Babura yang saat itu belum ada namanya.
Di sanalah Guru Patimpus mendirikan gubuk untuk tempat tinggal dan mengobati orang-orang yang sakit.
Pengobatan yang dilakukan Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada masa itu ternyata banyak yang sembuh, sehingga orang menyebut wilayah tempat tinggalnya itu dengan nama Madaan atau dalam bahasa Karo artinya sembuh.
Seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya semua orang mengatakan daerah itu menyebutnya Medan.
Menjelang akhir hayatnya, Guru Patimpus Sembiring Pelawi berpesan kepada istrinya Br Tarigan jika dirinya meninggal dunia agar dimakamkan di Desa Lama, Hamparan Perak. D|Red-04