Dari Webinar Fisika Unimed, Akselerator dan Inovasi Lewati Krisis Tanpa Resesi

Jelas, kata Arjon, Covid-19 harusnya bukan jadi hambatan tetapi menjadi akselerator untuk berkarya dan berinovasi bagi kaum akademisi.

Fisika Banyak Inovasi

Prof Nurdin Bukit mengangkat topik yang sama dengan tema webinar. Menurutnya, pekerjaan yang paling dibutuhkan pada masa pandemi Covid-19  adalah Peneliti dan Ilmuwan.

Bacaan Lainnya

“Ini sesuai dengan prospek kerja jurusan Fisika selama ini yang ternyata rata rata lulusan fisika berprofesi sebagai Peneliti dan Entrepreneur tentunya juga ada bidang lain tetapi tidak terlalu dominan,” katanya.

Menurutnya, bidang yang menjadi fokus penelitian Fisika ternyata bisa masuk ke dalam Agenda Riset Nasional 2015-2019.

Keilmuan di bidang fisika juga telah berperan dalam Bidang kesehatan dan salah satunya adalah untuk mencegah Covid-19. Peran keilmuan fisika dalam bidang kesehatan masuk dari teknologi alat kesehatan, yang salah satu kajiannya adalah pemakaian anti bakteri dengan menggunakan TiO2, dengan metode fotokatalis masker ramah lingkungan, yang telah mendapatkan sertifikat paten sederhana.

Topik menarik lain juga yang menjadi tema dalam penelitan dalam bidang keilmuwan Fisika yang akan selalu dibutuh oleh manusia seperti bidang: Energi Baru & Terbarukan, Transportasi, Teknologi Informasi Komunikasi, Pertahanan dan Keamanan, Material MAJU, Maritim, Bencana – Lingkungan dan bidang bidang lainya yang tentunya di setiap bidang tersebut sangat perlu input keilmuwan Fisika.

Dalam wirausaha Fisika telah menciptakan banyak inovasi dan usaha-usaha baru tentunya seperti: Pembuatan Nano Partikel Abu Boiler Kelapa Sawit, Nano sekam Padi, Nano medicine sampai kepada pondasi untuk anti gempa yang menggunakan nano teknologi.

“Peluang kerja dari bidang keilmuan fisika sangat besar dan juga sangat banyak inovasi yang dapat diciptakan melalui fisika yang nantinya akan menciptakan peluang dan usaha usaha yang baru,” ujarnya.

Krisis Tanpa Resesi

Rahmat Halomoan Rambe mengangkat topic, “The Crisis Aftermath”. Menurutnya saat ini kita berada di tengah krisis yang mendunia dan jalan untuk melalui krisis ini adalah keseimbangan dari setiap sektor. Dia juga membandingkan krisis pada sekarang dengan krisis yang dihadapi oleh dunia sebelumnya, seperti pada tahun 1929 dan 2008 yang telah dilalui.

Rahmat juga membahas sektor yang akan menjadi penyeimbang stabilisasi pada masa krisis ini, ada beberapa yang memiliki peran signifikan seperti: Kesehatan, Pertanian, E-comerce, ICT dan industry Pengolahan pangan.

Dalam pemulihan setelah krisis dampak Covid-19 dapat dilalui dengan berbagai kajian. Dapat berupa bentuk Kurva V yaitu dengan pemulihan yang sangat cepat, setelah adanya penurunan grafik tentunya langsung masuk ketahap pemulihan, dalam keadaan ini dibutuhkan waktu 2-6 untuk pulih total. Bentuk kurva V dalam kasus ini dikhawatirkan adanya gelombang kedua setelah pulih dari keadaan awal dan ini membutuhkan waktu 3-9 bulan untuk pulih total dari krisis. Sedangkan bentuk kurva U ini membutuhkan pemulihan yang lama yaitu 4-12 bulan. Namun, katanya, kondisi yang manapun, kita dapat melewati krisis tanpa perlu adanya resesi.

Kesimpulan penutup dari Moderator: Pernyataan dari ketiga panelis masih koheren dan saling terkait untuk menjawab peluang riset dan dunia kerja akan dapat dicapai jika kita selalu berfikir kritis, kreatif, inovatif, dan adaptif untuk menjawab setiap tantangan jaman. D|Red

Pos terkait