Medan-Mediadelegasi: Pakar di bidang geosains dan lingkungan, Dr. Wan Hidayati mengingatkan bahwa Geopark Kaldera Toba wajib melaksanakan enam rekomendasi yang ditetapkan oleh UNESCO.
“Sebagai persiapan menghadapi revalidasi atau penilaian ulang, ada enam rekomendasi utama yang harus dipenuhi oleh pengelola Geopark Kaldera Toba,” katanya di Medan, Kamis (17/7).
Hidayati yang juga mantan Direktur Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark mengemukakan hal itu dalam acara podcast yang dipandu oleh wartawan senior Maruli Agus Salim Siregar di studio Mediadelegasi.
Disebutkannya, keenam rekomendasi tersebut adalah Sosialisasi, Konservasi, Edukasi, Pemberdayaan masyarakat, Branding, dan Kerjasama dengan berbagai mitra.
Menurut dosen Universitas Sumatera Utara (USU) ini, setiap taman bumi atau geopark yang telah masuk dalam keanggotaan UNESCO Global Geoparks (UGGp) seperti Geopark Kaldera Toba harus dapat mengedukasi masyarakat sekitar mengenai pentingnya nilai-nilai geologi yang ada di kawasan tersebut.
Hal ini dilakukan melalui penguatan pendidikan seputar geopark, baik di tingkat sekolah maupun di masyarakat umum.
Kemudian manajemen badan pengelola serta alokasi anggaran yang baik, sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan dan pengembangan geopark ini.
Edukasi
Sejalan dengan langkah-langkah tersebut, kata Hidayati, kegiatan edukasi dan riset di kawasan Geopark Kaldera Toba juga harus terus ditingkatkan agar kawasan ini tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga menjadi pusat penelitian dan inovasi di bidang geologi dan biologi.
Lebih lanjut Hidayati memaparkan, keberadaan Geopark Kaldera Toba dalam jaringan UNESCO harus dipertahankan.
Sebab, setiap geopark sebagai kawasan yang diakui oleh UNESCO, merupakan area yang memiliki nilai geologi tinggi yang diintegrasikan dengan konservasi, pendidikan, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Oleh karena itu, mantan Kadis Pariwisata Provinsi Sumatera Utara ini kembali mengingatkan bahwa revalidasi yang akan dilaksanakan asesor UNESCO pada 21-25 Juli 2025 mendatang hasilnya akan sangat menentukan kelangsungan status Geopark Kaldera Toba dalam UGGp.
Artinya, jika hasil revalidasi nantinya menunjukkan bahwa pengelolaan dan penataan geopark tersebut telah dilaksanakan sesuai kriteria yang direkomendasikan UNESCO, maka keberadaan Geopark Kaldera tetap berada dalam keanggotaan taman bumi dunia.
Namun sebaliknya, jika pihak pengelola Geopark Kaldera Toba tidak mampu melaksanakan secara menyeluruh rekomendasi UNESCO, maka kecil kemungkinan bisa memperoleh kartu hijau atau bahkan status keanggotannya dalam UGGp akan dicabut.
Sebab, sejak tahun 2023 lalu Geopark Kaldera Toba telah mendapatkan peringatan berupa kartu kuning dari UNESCO.
“Kita tentunya tidak ingin status Geopark Kaldera Toba dicabut dari keanggotaan UNESCO,” tuturnya.
Acara podcast tersebut juga menghadirkan narasumber Osriel Limbong dari lembaga Sumut Institute.
Osriel mengatakan pihaknya meragukan kinerja Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BP-TCU GGp) dalam upaya memenuhi rekomendasi UNESCO.
Sebab, menurutnya, mayoritas jajaran pimpinan BP-TCU GGp di periode saat ini diperkirakan bukan dari kalangan yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang pengelolaan geopark.
Sementara, dalam upaya memperoleh status kartu hijau, banyak faktor yang perlu dibenahi antara lain kemitraan strategis, visibilitas, dan keterlibatan masyarakat setempat dalam geopark,” putra kelahiran Kabupaten Samosir ini. D|Red
Baca artikel menarik lainnya dari mediadelegasi.id di GOOGLE NEWS






