Damaskus-Mediadelegasi : Penampakan gundukan tanah berkilau di dasar Sungai Eufrat, Suriah, yang muncul akibat penyusutan drastis permukaan air sungai sejak akhir Juli lalu, telah menyita perhatian dunia. Ratusan warga Raqqa dan sekitarnya berbondong-bondong menuju lokasi tersebut, sebagian besar tergiur oleh kemungkinan menemukan emas dan sebagian lainnya menghubungkannya dengan hadis Nabi Muhammad SAW tentang tanda-tanda kiamat.
Dengan peralatan seadanya, seperti sekop dan saringan, mereka menggali tanah sepanjang hari, mendirikan tenda darurat di tepi sungai untuk memudahkan pencarian harta karun yang diyakini terpendam di bawah lapisan tanah. Aktivitas penambangan dadakan ini telah memicu berbagai reaksi dan menimbulkan kekhawatiran.
Ulama Suriah, Asaad Al Hamdani, mengkonfirmasi kesahihan hadis tentang “gunung emas” di Sungai Eufrat. Namun, ia menekankan pentingnya penafsiran yang cermat dan tidak terburu-buru menghubungkan fenomena ini secara langsung dengan nubuat akhir zaman. Ia mengingatkan bahaya menafsirkan hadis secara harfiah tanpa konteks yang tepat, yang dapat menimbulkan kepanikan dan ekspektasi keliru di masyarakat.
Pandangan berbeda disampaikan oleh pakar geologi Suriah, Khaled Al Shammari. Ia memperingatkan bahwa tidak semua yang berkilau adalah emas. Meskipun Sungai Eufrat mengalir melalui kawasan kaya mineral, penampakan berkilau tersebut bisa berasal dari mineral lain seperti pirit atau mika. Hanya analisis geologi yang dapat memastikan kandungan mineral tersebut.
Aktivitas penambangan yang marak ini dilakukan secara liar tanpa pengawasan pemerintah. Ketiadaan prosedur keselamatan, pengendalian lingkungan, dan regulasi resmi menimbulkan kekhawatiran akan potensi kecelakaan, longsor, dan konflik antarpenambang. Situasi ini membutuhkan intervensi pemerintah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Di sisi lain, aktivitas ini juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Harga alat tambang melonjak, permintaan logistik meningkat, dan pedagang musiman bermunculan di sekitar lokasi. Namun, keuntungan ekonomi ini tidak sebanding dengan risiko yang ditimbulkan.
Penyusutan debit air Sungai Eufrat yang semakin parah dalam beberapa tahun terakhir menjadi latar belakang munculnya fenomena ini. Selain kekeringan ekstrem, pembangunan bendungan oleh Turki di bagian hulu sungai memperparah krisis air yang telah menjadi isu geopolitik regional antara Suriah, Irak, dan Turki.
Sungai Eufrat, yang selama ribuan tahun menjadi nadi peradaban Mesopotamia, kini berada di ambang krisis. Ironisnya, di tengah krisis air ini, muncul “harapan emas” yang memicu ingatan akan nubuat akhir zaman bagi sebagian warga.
