PEMBENAHAN badan jalan di Sumatera Utara boleh dibilang sudah mendukung kelancaran arus lalulintas pada mudik lebaran 2022. Namun pembenahan yang dilaukan Dinas Jalan dan Jembatan tidak menyentuh Jalur mengintai maut Sibuhuan-Bandara Aekgodang.
Ruas jalan termasuk cukup tua ini terkesan sulit untuk dibenahi, selain medannya yang ekstrem. Ruas Jalan penghubung Sibuhuan, Ibukota Padanglawas dengan Jalur Lintas Gunungtua-Padangsidimpuan atau Bandara Aekgodang ini bagai tak perlu dibenahi, setelah dibangunnya jalur penghubung Gunungtua-Sibuhuan yang dikenal dengan jalur via Portibi, Padanglawas Utara (Paluta).
Melintasi Jalur mengintai maut Sibuhuan-Bandara Aekgodang, sedikitnya belasan titik rawan anjlok siap menjemput maut pengandara. Kawasan ekstrem mulai terasa setelah melewati jembatan Siraisan,Palas, hingga jelang Pasar Matanggor, Paluta. Badan jalan tanpa pembenahan, seperti pembenahan yang dilakukan pada banyak ruas jalan lainnya.
Tepatnya di kawasan Ulu Aer. Jalur yang terkenal banyak merenggut nyawa perbaikannya bagai tidak terbiayai lagi oleh Negara, karena medannya yang sulit. Sampai-sampai, di jalur ini ini telah dibuat jalur alternatif, namun tetap saja tidak berfungsi, karena kondisinya juga tak layak untuk dilintasi.
”Jalur alternatif itu hanya disiram pasir dan batu pada bukit yang terjal, sehingga sangat membahayakan bagi pengendara,” ungkap Pulungan, warga Hutabaru, perkampungan dengan Ulu Aer.
Dia juga menceritakan, subuh H-1 lebaran 2022, satu unit minibus Avanza berpenumpang tujuh orang, terjun bebas ke jurang sedalam 100 meter, setelah roda kiri depan kendaraan terjebak tepi badan jalan yang anjok.
Pantauan Mediadelegasi, pekan lalu, belasan titik rawan putus total, di Jalur Sibuhuan-Bandara Aekgodang dengan lebar jalan sangat sempit untuk papasan itu kini hanya mengandalkan kupingan batu gunung yang masih menyanggah. Tidak mungkin dilewati kendaran bertonase berat.
Di kalangan warga Tanjung, Siraisan Kecamatan Ulu Barumun muncul anggapan, jalur Sibuhuan-Bandara Aekgodang, tepatnya di kawasan perbukitan Ulu Aer tidak akan diperbaiki. Alasannya, jika jalur itu diperbaiki, maka Gunungtua, Ibukota Paluta berpotensi menjadi kota mati. “Itu mungkin menjadi salah satu penyebab, pemerintah tidak selera membangun jalur itu hingga layak untuk dilalui,” kata Hasibuan, warga Desa Tanjung.
Sekadar untuk diketahui, jika dari Pasir Pangaraian, Riau, hendak ke Padangsidimpuan, kini terpaksa melalui Gunungtua berjarak lebih kurang 60 kilometer dari Sibuhuan, lalu belok kiri di pertiga Jalan Lintas Gunungtua-Padangsidimpuan sejauh lebih kurang 75 kilometer.
Padahal, jika dari Sibuhuan-ke Padangsidimpuan via Ulu Aer, atau Bandara Aekgodang, hanya sekitar 65 kilometer sudah tiba di pertiga Pal XI, lebih kurang 11 kilometer jelang Padangsidimpuan. D|Red-06