Kamu Diam, Apa Katanya!

Ria Gurning

Oleh : Ria Gurning

Waktu sang pemuja sudah dimulai dimana hatimu masih tergantung kepada dupa yang kamu terima. Sering terlontar dari mulut manismu keagungannya karena bersamamu.

Kamu taburi warisanmu dengan ketamakan, sampai kapan itu berlangsung. Setir sudah dikendalikan oleh seseorang yang akan menggerogoti hatimu.

Korban narsismu menjadi awal kehancuranmu yang tidak bisa kamu sesali. Jalanilah semuanya jangan banyak bicara dan menuntut. Yang jelas hargamu sudah diperhitungkan.

Jangan rusak rumah kami dengan ego dan kesombonganmu. Sadarkah kamu karena ulahmu semua jadi kena imbasnya. Menyedihkan, orang yang tidak terkoyak jiwanya. Miris hati melihat sifat hatimu yang arogan memaksa ambisimu untuk kamu pertontonkan. Apakah kamu tidak memikirkan orang lain atau kamu tega mengorbankan dan menjual mereka untuk kesenanganmu? Tanpa kamu sadari semua sudah dimulai, nikmatilah apa yang kamu inginkan.

Jangan keluhkan apapun tentang dia karena banyak orang akan menghakimimu. Apa yang kamu tanam akan dituai. Bernyanyilah dan menarilah sebab semua keinginan hatimu sudah terlaksana. Pintu sudah kamu buka dan serpihan sudah mulai berserakan. Anganmu untuk semuanya sudah diambang tapal batas.

Sejauh kehidupan yang terjadi kebaikan dan kejahatan saling memengaruhi. Semua ketergantungan pada keputusan yang diambil. Sungguh menegangkan langkah yang sudah terjadi dengan kepekaan yang membuat kehampaan diri muncul oleh kebrutalan dunia sesaat. Sandiwara berujung tragis!

Tindak tandukmu berjalan seperti roh jahat yang kelaparan mencari sampai ke sudut kemunafikan hingga terdampar dan raib oleh ulah kerakusan. Alangkah sedihnya pergolakan keabadian mendiamkan seluruh akal sehatmu setelah melayang dupamu pada mereka.

Pos terkait