Medan-Mediadelegasi: Keluarga Besar Solidaritas Indonesia Tionghoa Demokrasi (Solitd) merayakan pelepasan lampu lampion bersama Danlanud Soewondo Kolonel Pnb Wastum dan Rektor Unika Rektor Unika Santo Thomas Medan, Prof Dr Drs Sihol Situngkir, MBA.
Acara silaturahmi perayaan Cap Go Meh dan pelepasan lampion tersebut berlangsung di Sawah Rooftop Plaza Millenium, Jl Kapten Muslim, Sabtu lalu.
Ketua Umum DPP Solitd Drs Herri Zulkarnaen Hutajulu SH MSi menjelaskan, baru saja melaksanakan imlek. “Perayaan ini sangat penting bagi masyarakat Tionghoa di dunia, Indonesia dan khususnya di Sumatara Utara,” katanya.
Menurutnya, Cap Go Meh baru bisa dilaksanakan pada hari ke 15. “Tapi karena waktu, mungkin karena weekend, kita buat pada malam ini. Jadi Cap Go Meh ini sebenarnya dewa turun dari surga, yang mana memberikan kesejahteraan, kemakmuran dan juga kebahagiaan kepada orang orang kita yang percaya dan merayakannya,” Herri Zulkarnaen Hutajulu.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi budaya yang harus dikembangkan untuk dunia pariwisata. “Maka ini harus kita lestarikan secara terus menerus,” sebut Herri.
Upacara ini dirayakan secara rutin setiap tahunnya pada tanggal 15 bulan pertama menurut penanggalan bulan yang merupakan bulan pertama dalam setahun.
“Upacara ini harus dilakukan pada malam hari. Kebetulan kita percepat pada malam ini dan diharapkan tidak mengurangi makna dari Cap Go Meh itu,” jelasnya.
Menimpali itu, Sekjend DPP Solitd, Ferdinan Ghodang SE SH MH mengungkapkan, tradisi pemasangan lampion pada Festival Cap Go Meh ini konon terjadi pada tahun 180 Sebelum Masehi.
Dia menceritakan, Kaisar Han Wudi yang berkuasa pada masa Dinasti Han Barat naik tahta pada tanggal 15 bulan pertama Imlek.
Untuk merayakan penobatannya, Kaisar Han Wudi mengambil keputusan untuk menjadikan tanggal 15 bulan pertama sebagai hari raya lampion.
“Pada malam itu Kaisar berkebiasaan bertamasya keluar istana dan merayakan festival bersama rakyat. Pada tahun 104 Sebelum Masehi, Festival Cap Go Meh secara resmi dicantumkan sebagai hari raya nasional,” sebut Ferdinan yang juga Ketum Mitra TNI AU Lanud Soewondo itu.
Memasang lampion selain bermanfaat mengusir hama, juga tercipta pemandangan yang indah. Sedangkan untuk menakuti binatang perusak tanaman ditambah segala bunyi-bunyian, bermain barongsai serta arak-arakan tatung sebagai tolak bala.
“Jadi malam ini kita melepaskan lampion ke udara. Ini simbol sakral untuk melepaskan hal hal negatif di dalam diri. Biasanya setiap lampion yang diterbangkan berisikan doa dan harapan bagi setiap umat Buddha,” tutupnya.
Di temat yang sama, Danlanud Soewondo Kolonel Pnb Wastum merasa senang bisa turut berpartisipasi di acara lampion tersebut.