KMDT Serukan Doa Bersama Untuk Korban Bencana Alam Humbahas dan Samosir

KMDT Serukan Doa Bersama Untuk Korban Bencana Humbahas dan Samosir
Sejumlah warga menyaksikan tumpukan tanah dan bongkahan batu besar yang menerjang permukiman penduduk pascaperistiwa longsor yang melanda sebagian Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Jumat (1/12). Foto: dok-KMDT

Medan-Mediadelegasi: Komite Masyarakat Danau Toba (KMDT) mengeluarkan seruan keprihatinan jelang perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024, terutama tentang bencana tanah longsor dan banjir bandang yang melanda sebagian wilayah permukiman penduduk di sekitar Danau Toba akhir-akhir ini, antara lain di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) dan Samosir, Sumatera Utara.

“Bencana tanah longsor dan banjir yang menimpa sesama saudara kita di sekitar kawasan Danau Toba hendaknya menjadi keprihatinan bersama. Mari kita doakan saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana alam tersebut,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat KMDT Edison Manurung saat dihubungi Mediadelegasi melalui sambungan telepon dari Medan, Sabtu (2/12).

Pihaknya juga mendoakan semoga seluruh masyarakat di sana diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi bencana ini. KMDT juga mengajak seluruh elemen masyarakat agar saling membantu dan mengasihi satu sama lain.

Bacaan Lainnya

Terkait peristiwa bencana alam di sekitar dataran tinggi Danau Toba, akhir-akhir ini, kata Edison, KMDT sejak beberapa waktu lalu telah menyampaikan petisi ke berbagai instansi terkait termasuk Polda Sumut mengenai kondisi areal hutan di sekitar danau vulkanik itu yang rawan terjadi penebangan pohon secara liar atau menjadi sasaran aksi pencurian kayu.

“Aksi pencurian kayu atau penebangan pohon serta aktivitas galian C di kawasan hutan desa secara tidak sah di wilayah tangkapan air Danau Toba harus dihentikan dan menjadi perhatian semua pihak dan lapisan masyarakat karena dapat mengancam kelestarian lingkungan hidup,” ujarnya.

Edison memastikan, bencana alam yang melanda sebagian kawasan Danau Toba tersebut berkaitan erat dengan pemanfaatan sumber daya alam yang kurang baik, seperti alih fungsi lahan yang kurang tepat, pembakaran lahan hingga penebangan hutan secara tidak bertanggung jawab sehingga memicu bencana tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), banjir dan bencana alam lainnya.

Dalam kondisi kerusakan hutan sekarang ini, menurut putra asli Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba ini, masyarakat di sejumlah desa di kawasan Danau Toba sering mengalami bencana ekologi seperti banjir dan tanah longsor pada setiap musim hujan

Ia mengkhawatirkan, jika kondisi kerusakan hutan di kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang telah ditetapkan Pemerintah di era Presiden Jokowi tersebut dibiarkan, kemungkinan bisa menimbulkan bencana yang lebih parah dan dapat menimbulkan banyak korban harta dan jiwa.

Sebagaimana diinformasikan, bencana tanah longsor kembali melanda sebagian Kabupaten Humbahas tepatnya di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja pada Jumat (1/12) malam. Sedikitnya, belasan rumah rusak dan sembilan orang dilaporkan hilang.

Sebelumnya, peristiwa serupa juga terjadi pada 21 November 2023 di Desa Haugaong, Kecamatan Pakkat.

Bencana alam lain juga terjadi di sekitar Danau Toba, yakni banjir bandang di Kabupaten Samosir atau tepatnya di Desa Siparmahan pada 13 November 2023.

Akibat musibah tersebut, lima rumah rusak berat, empat jembatan rusak dan jaringan irigasi serta air bersih juga rusak.

Selain itu, tiga gedung fasilitas pendidikan, dua gedung pusat kesehatan, dua unit gereja dan 266 hektare lahan pertanian juga terdampak. Sedikitnya 620 jiwa mengungsi akibat kejadian itu. D|Red

Pos terkait