ADA bangunan belum berguna, proyek Pemerintah Kabupaten Samosir di Dusun Panangkohan, Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Pangururan. Bangunan berusia lebih kurang empat tahun ini diperuntukkan sebagai Polilinik Desa (Polindes).
Kini, bangunan Polindes hanya menyisakan harapan apes (kosong) bagi ratusan kepala keluarga di Desa Kelahiran Arjon Turnip PhD, sang akademisi Universitas Padjajaran Bandung ini.
Tim Mediadelegasi saat berkunjung, Rabu lalu, ke Desa Pardomuan Nauli, harus mencatat rentetan persoalan yang membuat masyarakat merana dan meradang.
BACA JUGA: Keterbatasan Signal Komunikasi, Pardomuan Nauli Butuh Tower BTS
Dukungan pemerintah terhadap kesehatan masyarakat di perkampungan petani kopi ini terkesan abai. Ketersedian air dan sarana untuk Mandi Cuci Kakus (MCK) yang tidak memadai bagai bom waktu keterancaman kesehatan masyarakat. Belum lagi fasilitas kesehatan yang nihil. “Untuk apa gedung ini, kalau terus dibiarkan kosong dan tanpa tenaga medis,” celetuk Errita Br Sitanggang Kepala Dusun Panangkohan, Pardomuan Nauli.
Dia pun mengilustrasi ketika ada ibu hamil hendak melahirkan di perkampungan yang jauh dengan kondisi badan jalan yang sulit dilalui menuju Rumah Sakit di Pangururan. “Apa nggak melahirkan di perjalanan,” ketusnya dengan tatapan kosong ke arah bangunan Polindes dekat rumahnya. Pengalaman melahirkan di tengah jalan sudah pernah terjadi beberapa tahun silam sekitar dua kilometer dari dusun dua menuju Lumban Suhi, Pangururan.
Errita Br Sitanggang dan emak-emak kampung itu pun menitipkan pesan dan harapan khusus buat Bupati Samosir Vandiko Gultom, berkenan menugaskan tenaga medis dan obat-obatan tingkat pertama agar Polindes itu bermanfaat bagi warganya.