Barus-Mediadelegasi: Papan Tinggi Barus, atau dikenal juga dengan sebutan Tangga Seribu kerap dikunjungi peziarah Makam Syekh Mahmud Al-Mutahzam.
Mendaki dan turun dari puncak bukit di Desa Penanggahan, Kecamatan Barus Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) itu perlu kesiapan mental dan pisik serta niat yang tulus ikhlas. “Ini teraphi jantung dan paru-paru. Kita harus mampu mengendalikan alur pernapasan,” kata pengunjung yang mulai terlihat ngos-ngosan di pertiga bukit, pekan lalu.
Makam ulama asal Yaman, salah satu penyiar agama Islam di Indonesia yang melakukan perjalanan sekitar tahun 34-44 hijriyah atau referensi mencatat masa umat Islam dipimpin khalifah Umar bin Khattab itu, dikunjungi segala usia.
Anak-anak, hingga orangtua yang secara pisik tampak lemah, namun berupaya untuk sampai menyentuh nisan Makam di puncak bukit. Berziaran ke Makam Waliyullah, memohon berkah dan keselamatan kepada Allah SWT.
Ada yang unik ketika mengunjungi Makam Papan Tinggi, awal Mei barusan. Bukit setinggi 200 meter dari permukaan laut (MDPL) itu belum begitu lama terbakar. Pohon dan rumput sekelilingnya hangus. Namun api tidak menjilat pohon yang tumbuh di dekat makam.
Dari ketinggian lebih kurang 720 anak tangga ini, pengunjung dapat menikmati bentangan pantai Barus di Samudra Hindia itu.
Kini saat turun tangga, teraphi jantung menjadi teraphi kaki. Lutut terasa bergetar menahan langkah hingga kembali ke kebawah.
Berkunjung ke tempat ini, tidak begitu mahal. Membayar retribusi di pintu masuk Rp10 ribu untuk setiap orang. Tersedia tempat istirahat sejenak di pinggang bukit yang menyediakan sekadar jajanan, makanan ringan dan minuman kemasan. D|Red-06