Daya Beli Masyarakat Menurun, Rojali dan Rohana Jadi Fenomena di Pusat Perbelanjaan

ilustrasi pusat perbelanjaan (Foto:Ist)

Jakarta-Mediadelegasi: Baru-baru ini, dua istilah baru muncul di media sosial, yaitu Rojali dan Rohana, yang mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat.

Rojali adalah singkatan dari “rombongan jarang beli”, yang merujuk pada sekelompok orang yang datang ke pusat perbelanjaan tanpa berniat membeli apa-apa.

Mereka hanya berjalan-jalan, melihat-lihat, berfoto, atau menikmati fasilitas pusat perbelanjaan. Ciri-ciri Rojali termasuk datang bersama teman atau keluarga dalam jumlah banyak, menghabiskan waktu lama di area publik, tidak melakukan pembelian, dan menggunakan fasilitas gratis seperti Wi-Fi atau pendingin ruangan.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, Rohana belum memiliki makna resmi, tetapi warganet menafsirkannya sebagai “rombongan hanya nanya-nanya” atau “rombongan hanya narsis”. Fenomena Rojali dan Rohana ini bukan hal baru, tetapi intensitasnya semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Menurut Ketua Umum APPBI Alphonsus Widjaja, fenomena ini sudah terjadi sejak 2024 dan disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Ia menyarankan pemerintah untuk memberikan stimulus atau insentif yang sifatnya langsung untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Psikolog Kasandra Putranto menjelaskan bahwa fenomena Rojali dan Rohana muncul karena faktor hierarki kebutuhan manusia. Kunjungan ke pusat perbelanjaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sosial dan aktualisasi diri.

Pos terkait