Alfred Gonti Pius Datubara: Pelopor Gereja Katolik di Sumatera Utara

Alfred Gonti Pius Datubara: Pelopor Gereja Katolik di Sumatera Utara | Foto Wikipedia

Medsn-Mediadelwgasi: Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara, O.F.M.Cap., adalah tokoh penting dalam sejarah Gereja Katolik di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Lahir pada 12 Februari 1934, di Lawe Bekung, Aceh Tenggara, yang saat itu masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, Datubara menorehkan sejarah sebagai Uskup Agung Medan pertama yang berasal dari etnis Batak. Latar belakang budayanya yang kaya memberinya perspektif unik dalam melayani umat Katolik di wilayah tersebut.

Pendidikan dan panggilan imamat Datubara membawanya untuk ditahbiskan sebagai imam pada 22 Februari 1964, oleh Uskup Agung Medan saat itu, Antoine Henri van den Hurk. Dedikasinya dalam pelayanan pastoral membukakan jalan baginya untuk peran yang lebih besar dalam hierarki gereja. Pada 5 April 1975, ia diangkat menjadi Uskup Auksilier Medan dengan gelar Uskup Tituler Novi, menandai awal dari kepemimpinan episkopalnya.

Penahbisannya sebagai Uskup pada 29 Juni 1975, dipimpin oleh Justinus Kardinal Darmojuwono, Uskup Agung Semarang, dengan didampingi oleh Antoine Henri van der Hurk dan Uskup Padang, Raimundo Cesare Bergamin. Momen ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan rohaninya, mempersiapkannya untuk tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.

Pada 24 Mei 1976, Datubara terpilih menjadi Uskup Agung Medan, menggantikan pendahulunya, Antoine van den Hurk. Pengangkatannya ini menandai babak baru bagi Keuskupan Agung Medan, dengan seorang putra daerah memimpin umat Katolik di wilayah tersebut. Kepemimpinannya selama lebih dari tiga dekade membawa dampak positif bagi perkembangan gereja dan masyarakat sekitar.

Sebagai Uskup Agung Medan, Datubara dikenal karena kebijaksanaan, kerendahan hati, dan komitmennya terhadap keadilan sosial. Ia aktif dalam berbagai kegiatan pastoral, termasuk mengunjungi paroki-paroki terpencil, memberikan pembinaan rohani, dan memperjuangkan hak-hak kaum miskin dan terpinggirkan. Ia juga berperan penting dalam mempromosikan dialog antaragama dan kerukunan umat beragama di Sumatera Utara.

Pos terkait