Sedangkan, Kasmini yang sedari tadi terlihat tak sanggup membendung air matanya mendengar cerita sang suami yang mengenang kepergian anak mereka itu pun, spontan menimpali. “Kami berdua sangat memperhatikan dan sayang sama Sindi,” timpalnya.
Dia pun membeberkan, Sindi itu sejak kecil selalu ‘lengket’ atau dekat dengan bapaknya (red, suami), bahkan kalau mau pergi kemana-mana, Sindi hampir tak pernah naik angkot.
“Bapakya selalu mengantarnya, kemanapun dia mau pergi,” ungkapnya terbata-bata, sambil tangannya terlihat membuka kacamata minusnya dan menyeka air mata yang membasahi pipi.
Meluapkan rasa rindunya yang terpendam terhadap Sindi sejak belasan hari belakangan ini, spontanitas bahasa ke ibuan Sumarni pun meluncur. “Pulanglah nak, kami rindu,” ungkapnya dengan lirih diiringi deraian air mata.
Tak sampai di situ, merajutkan ungkapan dari hati ke hati, Kasmini pun mencoba mengkoreksi anaknya dan mencari tau apa yang menjadi masalahnya dalam meniti kehidupannya di saat meranjak usia dewasa itu.
“Apa yang menjadi masalahmu nak, kami orang tua pasti memafkanya, jangan kau sembunyikan, kamilah yang aka menampug semua keluhanmu lupakanlah masalahmu di luar sana. Pulanglah, naaak ibu rindu..,” ungkapnya dengan nada lemah, di balik fisiknya yang juga sudah meluai lemah dan menua itu.
Ayolah kembali ke rumah, mari guyub seperti dahulu. “Di masa tua kami, izinkanlah kami menyaksikan kehidupanmu senang maupun susah. Kami sebagai orang tua akan terima dengan lapang dada,” ungkap Kasmini, yang kemudian spontan terdiam terlihat menahan deraian air mata kerinduan yang tak saggup dibendungnya. D|Med-red.