‘Carli’ Usaha Alternatif Warga Labusel di Musim Covid

‘Carli’ Usaha Alternatif Warga Labusel di Musim Covid
Lidi kelapa sawit ini dikumpul dan dijemput penampung dari rumah ke rumah warga. Foto:D|labusel|baharudin siregar

Penampungya akan datang dan membeli lidi kelapa sawit. Konon menurut warga, lidi memiliki nilai jual lumayan sebagai bahan baku anti nyamuk bakar yang diolah pabrik.

Di Labusel, khusus di Kecamatan Sungaikanan masyarakat kaum hawa banyak yang mendatangi  petani sawit, untuk mendapat ijin mengambil lidi kelapa sawit milik petani.

“Beberapa minggu lalu saya coba ikut mencari lidi, karena kami tidak punya kebun sawit maka saya minta kepadà warga yang punya kebun sawit dan alhamdulillah  mereka memperkenankan kami untuk mengambil lidinya,” ungkap salah seorang ibu warga Martapotan, Sungaikanan.

Bacaan Lainnya

Tingginya peminat pekerjaan sebagai carli, membuat harga jual mengalamai penurunan. “Awal carli dulu, harganya mencapai Rp2.500,-/Kilogram. Kini sudah turun menjadi Rp2.000,-/kilogram,” kata ibu itu.

Bangsawan, 53, warga Hajoran juga di Sungaikanan, yang ikut sebagai pencari lidi mengakui telah menekuni pekerjaan carli selama satu bulan lebih. “Sudah hampir satu bulan ini saya ikut carli bisa memperoleh Rp100 ribu. Toke penampungnya datang ke rumah mengambil lidi yang saya kumpulkan, lumayanlah membantu biaya kebutuhan sehari hàri,” kata Bangsawan.

Sebagai carli, Bangsawan juga dibantu anak-anaknya jika tidak ada kesibukan sekolah. “Anak-anak ikut membantu mengikis daun dari lidinya,” katanya.*

Pos terkait