NASIB bendungan raksasa Lau Simeme, Kecamatan Birubiru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara sepertinya sangat memerlukan doa dan perhatian para pemangku kebijakan. Pasalnya, deadline (tenggat waktu) progres proyek multi years Kementerian PUPR menyedot anggaran Rp1,3 triliun melalui skema kontrak tahun jamak 2017-2022 tinggal menunggu hitungan bulan. Desember 2022, progresnya belum setengah main.
Terjalnya dinding bendungan dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Presiden Joko Widodo itu bagai jalan terjal pula bagi Balai Wilayah Sungai Sumut (BWSS) II yang menangani proyek ketahanan pangan dan air nasional itu.
Pengerjaan pisik dengan peranan perusahaan raksasa sekaliber PT Andesmont Sakti (KSO) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Bumi Karsa KSO besrta sejumlah perusahaan sub kontrak dinilai cukup berpengalaman itu hingga kabar ini tayang ke publik, secara menyeluruh baru mencapai 47,2 persen, dari total progress Tahap I baru mencapai 30,07 persen dan Tahap II 70.00 persen.
BACA JUGA: Buntut PSN Bendungan Lau Simeme, TJC & PAE Diskusi di Biru-biru
Kondisi ini diakui Jesayas Sihombing ST, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendunganan Lau Simeme, Balai Wilayah Sungai Sumut (BWSS) II kepada Mediadelegasi, saat ditemui baru-baru ini di Bendungan Lau Simeme.
Menurut Jesayas Sihombing, keterlambatan capaian progress karena jatah waktu habis termakan oleh tuntutan masyarakat atas lahan kawasan area Bendungan Lau Simeme. “Action pengerjaan fisik baru dimulai Tahun 2019, sementara dari Tahun 2016 kami harus menyahuti perjuangan masyarakat atas lahan yang mereka usahai secara turun temurun,” katanya.
Namun demikian, Jesayas Sihombing optimis, Desember 2023 progres tercapai. Kalau pun tak rampung, katanya, pihaknya pasrah dan berharap atas adanya peraturan yang membenarkan sebab atas keterlambatan. “Berharap kepada pemangku kebijakan bisa mendukung kami sepenuhnya, bahwa keterlambatan ini karena faktor di luar progress,” sebutnya.
Bendunganan Lau Simeme merupakan bagian dari program 65 Bendunganan Kementerian PUPR untuk mendukung ketahanan pangan dan air nasional, kemanfaatannya sangat diperlukan masyarakat, salah satunya untuk mengatasi banjir Kota Medan dan sekitarnya dengan mengatur debit air di Sungai Deli dan Sungai Percut.
Selain mendongkrak kepariwisataan dan menumbuhkan ekonomi lokal, kemanfaatan Bendungan Lau Simeme juga dirancang sebagai ketersediaan tekanan air yang mampu menjadi sumber pembangkit listrik (PLTA minihidro) sebesar 2,80 MW.*bersambung
Catatan | Maruli Agus Salim | Mediadelegasi