Prof Syahrin memaparkan visi pengembangan keilmuan UIN Sumut yakni integrasi ilmu atau penyatuan ilmu (integration of knowledge). Ia menceritakan, peninggalan kolonialisme dan bekas imperialisme menyebabkan pemisahan ilmu umum dan ilmu agama sehingga terjadi dikotomi ilmu di nusantara dan Indonesia.
“Ilmu itu berasal dari Allah, para rasul dan para ulama. Tapi dipisahkan oleh sekularisme. UINSU berupaya menyatukan kembali dengan paradigma wahdatul ulum,” ujarnya.
Prof Syahrin menyampaikan, di laboratorium terpadu ini bahkan disediakan fasilitas untuk menguji spesimen dengan metode polymerase chain reaction (PCR) yang akan beroperasi dan diharapkan menjadi sentra PCR umat Islam di Sumut. Berbagai gerakan ini, katanya, sebagai upaya mengembangkan kejayaan dan peradaban Islam di Sumut pada masa mendatang.
Mendukung Pembangunan
Pada peresmian Integrated Laboratories Wahdatul Ulum UINSU di ruang seminar Gedung Laboratorium Kampus IV Tuntungan itu, Gubsu Edy Rahmayadi dalam sambutannya juga menyampaikan, laboratorium menjadi sarana yang penting untuk mempraktikkan teori yang dipelajari sebelum nantinya diamalkan dan diterapkan di tengah masyarakat.
Ia mengharapkan hal itu dapat meningkatkan kualitas lulusan UIN Sumut untuk berkarya di masyarakat dan mengisi pembangunan. Sebagai pimpinan Dewan Penyantun UIN Sumut, ia mendukung setiap kemajuan kampus Islam tersebut karena juga mendukung pembangunan di Sumut.
Usai meresmikan Integrated Laboratory Wahdatul Ulum yang ditandai dengan pemotongan pita, Gubsu dan Rektor UINSU bersama rombongan meninjau sejumlah laboratorium di gedung berlantai empat tersebut lengkap dengan berbagai peralatan dan didampingi pemandu ruangan.