Tidak hanya itu, serangan jenis program jahat atau ransomware diprediksi bisa mencapai setiap 14 detik dengan 92 persen malware disebar melalui email.
Mengantisipasi ancaman pada ranah dunia maya tersebut, Albert menekankan pentingnya diterapkan strategi keamanan yang disangga oleh tiga pilar.
Ketiga pilar itu, pertama, people dlam hal ini berkaitan erat dengan budaya, keamanan dan pelatihan berkelanjutan.
Kedua, process, yang mencakup risk dan gap assesment, dalam hal ini mencakup kebijakan dan prosedur.
Ketiga, teknologi, melalui optimalisasi kontrol perangkat keras dan perangkat lunak serta validasi rantai pasok.
“Ketiga pilar tersebut ‘dijahit’ dalam “defense in depth” yang terdiri dari izin akses, proteksi dan tanggap,” paparnya.
Sementara, Schneider Electric menempatkan ‘cybersecurity’ sebagai proses berkesinambungan dengan enam tahap, yakni asses, design, implementasi, monitor, perawatan dan pelatihan.
Kemitraan
Sebagaimana diketahui, Schneider Electric sebagai pemimpin global dalam transformasi digital pengelolaan energi dan otomasi telah pula menjalin kemitraan strategis dengan Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB untuk mengintegrasikan teknologi canggih ke dalam kurikulum Teknik Fisika.
Melalui kolaborasi ini, Schneider Electric memperkenalkan EcoStruxure Automation Expert, solusi otomasi universal pertama di dunia, ke dalam kurikulum yang diberi nama IEC 61499 EcoStruxure Automation Expert.
Pengintegrasian EcoStruxure Automation Expert ke dalam kurikulum pendidikan merupakan langkah penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk bersaing di era industri yang telah mengadopsi teknologi AI dan otomasi secara luas.
Dengan demikian, program ini akan memperkuat kesiapan generasi muda untuk berperan dalam memimpin transformasi digital di sektor energi dan otomasi.
Inisiatif ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengembangkan tenaga kerja terampil di Indonesia, guna memenuhi permintaan 350.000 pekerja di sektor kelistrikan. D|Rel
Baca artikel menarik lainnya dari
mediadelegasi.id di GOOGLE NEWS.