Ketua Dekranasda Taput Sartika Nikson Nababan pada kesempatan itu memperlihatkan berbagai ragam kerajinan yang dihasilkan dari perajin yang ada di Taput, yakni Tenun Ikat yang menggunakan pewarna alam, kemudian diaplikasikan dalam bentuk outer, jaket bomber, serta jas dan kemeja dengan motif ulos ikat.
“Ulos ikat ini juga sudah dipasarkan di tingkat internasional, namun kita juga masih membutuhkan pendampingan dan promosi oleh pemerintah pusat dan provinsi untuk menggalakkan lagi ragam kerajinan yang kami hasilkan, kita juga aktif mengikuti fashion show, seperti Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week sebagai salah satu upaya promosi,” ujarnya.
Juga disampaikan, bahwa ulos ikat tersebut menggunakan pewarna alam, berasal dari tumbuhan mahoni, ketapang, dan indigo. Untuk harga ulos ikat ini dijual dengan harga mulai Rp1.000.000 hingga belasan juta rupiah, tergantung tingkat kesulitan pembuatannya, semakin sulit harganya pun semakin mahal.
Ketua Dekranasda Kabupaten Humbang Hasundutan Lydia Dosmar Banjarnahor, juga memperkenalkan Kain Humbang Shibori yang dibuat dengan teknik jumputan menggunakan pewarna alam. Serta kain Humbang Ecoprint dan Batik Humbang yang bahan pewarnaannya menggunakan dedaunan yang ada di sekitar Danau Toba.
“Ini sudah dijual hingga ke luar negeri sampai Kanada, permintaan paling banyak ke Jakarta. Kita mulai dari tahun 2016 untuk melakukan pelatihan kursus shibori,” tambahnya.D|Med-Gus