Samosir-Mediadelegasi: Ketua Umum DPP Komite Masyarakat Danau Toba (KMDT) Edison Manurung mengemukakan bahwa peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 95 yang berlangsung di kawasan wisata Danau Toba atau persisnya di Pantai Indah Situngkir, Kabupaten Samosir menjadi momen bersejarah, karena digelar KMDT bersamaan dengan puncak perayaan Hari Ulos Nasional Tahun 2023.
“Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini bersamaan dengan puncak perayaan Hari Ulos menjadi momen bersejarah, karena baru pertama kali digelar secara bersamaan di kawasan Danau Toba,” kata Edison kepada pers di sela rangkaian acara peringatan Hari Sumpah Pemuda 2023 di Pantai Indah Situngkir, Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (28/10).
Ditambahkannya, penyelenggaraan puncak acara perayaan Hari Ulos 2023 se kawasan Danau Toba yang tahun ini dipusatkan di Kabupaten Samosir merupakan bagian dari program prioritas KMDT dalam upaya membudayakan kecintaan terhadap kain ulos, termasuk bagi kalangan generasi muda.
Kecintaan dan rasa bangga generasi muda terhadap tenun ulos sebagai salah satu warisan budaya Bangsa Indonesia, lanjut Edison, perlu terus ditumbuhkembangkan di tengah perkembangan era global dan kemajuan teknologi yang semakin pesat dewasa ini.
“Melalui peringatan Sumpah Pemuda ke 95 yang digelar bersamaan dengan puncak perayaan Hari Ulos 2023, KMDT sengaja melibatkan anak-anak sekolah tingkat SLTA guna meningkatkan semangat pelajar melestarikan kain tenuh ulos sebagai salah satu budaya asli Nusantara,” ucap mantan Ketua DPP KNPI periode 2000-2003 itu.
Sumpah Pemuda, lanjutnya, merupakan tonggak sejarah perjuangan Bangsa Indonesia yang tidak bisa diabaikan dan dilupakan anak bangsa dengan alasan apapun.
Momentum peringatan Sumpah Pemuda di tahun politik ini, hendaknya dijadikan momen untuk merajut kembali kohesi pemuda sebagai implementasi ikrar: Bertumpah Darah Satu Tanah Air Indonesia, Berbangsa Satu Bangsa Indonesia dan Berbahasa Satu Bahasa Indonesia.
Lebih lanjut Edison mengutarakan bahwa pihaknya bersama instansi pemerintah terkait di tingkat pusat maupun daerah hingga saat ini terus memperjuangkan agar ulos dapat ditetapkan sebagaiwarisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh badan PBB urusan kebudayaan, yaitu United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).