PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) saat ini sudah memiliki lebih dari 600.000 merchant yang terpasang QRIS BJB untuk melayani transaksi digital untuk mengakomodir gaya hidup masyarakat yang makin digital. Dia memperkirakan transaksi digital akan makin ramai pada bulan puasa dan lebaran tahun ini.
BJB memperkirakan kebutuhan uang tunai nasabah perseroan, pada Ramadan dan Lebaran tahun ini akan meningkat tipis di bawah 5 persen dibandingkan dengan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 2021.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan secara musiman kebutuhan likuiditas masyarakat, terutama uang tunai meningkat pada bulan Ramadan apalagi menjelang Idulfitri.
BACA JUGA: Percepatan Digitalisasi Transaksi Dunia Usaha, Bank BJB Luuncurkan QRIS
Dengan pelonggaran pembatasan pergerakan masyarakat yang diterapkan pemerintah, dia memperkirakan, kebutuhan likuiditas akan meningkat.
“Namun hal ini sudah kami persiapkan, likuiditas kami juga sangat cukup,” kata Yuddy kepada Bisnis, Minggu (3/4).
Sekadar informasi, pada Ramadan dan menjelang Hari Raya Idulfitri 2021, Bank BJB memproyeksikan kebutuhan uang tunai sebesar Rp15,1 triliun. Dari jumlah tersebut, BJB mengalokasikan dana sebesar Rp9,3 triliun untuk pemenuhan kebutuhan operasional. Sementara sebesar Rp5,8 triliun untuk ketersediaan di ATM.
Bank BJB menilai meski kebutuhan likuiditas meningkat, namun uang tunai yang beredar di masyarakat diperkirakan pertumbuhannya tidak terlalu besar seiring dengan adopsi digital di masyarakat yang makin matang.
Bank BJB sendiri juga terus mendorong nasabah untuk bertransaksi non tunai dengan menghadirkan aplikasi DIGI by Bank BJB, DIGICash dan QRIS BJB. Bank BJB terus mengurangi layanan-layanan non tunai karena semuanya sudah tersedia di aplikasi.
“Pada tahun ini kebutuhan uang tunai kemungkinan ada peningkatan, tetapi tidak besar, kami perkirakan dibawah 5 persen kenaikannya,” kata Yuddy.
Yuddy mengatakan transaksi non tunai perbankan dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Perbankan pun gencar mempersiapkan ekosistem digital.
Sementara itu untuk mengantisipasi lonjakan transaksi non tunai, perseroan telah mempersiapkan infrastruktur digital melalui kerja sama yang terjalin dengan perusahaan teknologi terkemuka.
“Salah satunya juga kerja sama melalui kerja sama dengan perusahaan teknologi DCI Indonesia,” kata Yuddy.
Adapun mengenai kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), menurut Yuddy, tidak akan berdampak besar terhadap daya beli masyarakat. Konsumsi masyarakat akan tetap tinggi pada Bulan Ramadan.
Sejumlah barang/jasa juga dibebaskan PPN seperti sembako atau bahan-bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat.
“Volume dan transaksi di perbankan akan tetap naik,” kata Yuddy. D|Red
Sumber berita: finansial.bisnis.com