BOLEH percaya, boleh tidak. Prediksi ‘juru kunci’ Pusuk Buhit di Kecamatan Sianjurmulamula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara menggiring pemikiran menerawang jauh ke depan mengusik pikiran logis manusia. Tapi dia bicara apa adanya saja.
“Kita lihat saja, bakal ada virus yang lebih berbahaya, demam dan langsung mati, karena tak ada penawarnya. Virus itu jauh lebih berbahaya ketimbang corona,” ketusnya usai memandu sejumlah pengunjung Sopo Tatea Bulan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama dan keyakinan masing-masing.
Sepintas menyimak Sang Juru Kunci bermarga Limbong ini tampil seadanya, tidak memiliki kepentingan apapun dalam cerita dan pekerjaannya.
Bungsu dari sebelas bersaudara ini juga mengisahkan banyak cerita, yang menurutnya, dia mengetahui lebih awal sebelum sejumlah peristiwa di kawasan Danau Toba melanda.
Mulai dari peristiwa kecelakaan lalu lintas di jalur Tele-Pangururan beberapa tahun silam, tertangkapnya toke besar yang berhajat membangun villa di Pusuk Buhit, hingga tenggelamnya KM Sinar Bangun di jalur Dermaga Simanindo-Tigaras belum lama ini.
Bagaimana virus dahsyat pascacovid-19, Limbong tidak merinci. Dia hanya berpesan agar bangsa Indonesia, khususnya Bangso Batak lebih mewaspadai dan menjaga diri agar memperhatikan pola hidup bersih dan sehat.
“Saya bukan dukun, tapi begitulah yang saya ketahui terhadap sesuatu yang bakalan terjadi. Mudah-mudahan tidak benar terjadi, itu harapan semua kita,” katanya usai menjelaskan terhadap sesuatu sejarah Bangso Batak yang dia manifestasikan dari Sopo Tatea Bulan.
Kekuatan mistis dan penguasaan sejarah dari Sopo Guru Tatea Bulan maupun Pusuk Buhit di kawasan itu sepertinya menjadi enerji bagi Limbong untuk mampu merangkai kalimat doa dengan Bahasa Batak yang sangat sulit menghafalnya.
“Mari, silakan anda-anda berdoa sesuai ajaran agama dan kepercayaan masing-masing, untuk keselamatan bangsa dari bencana apapun, kesehatan keluarga dan peraihan cita-cita, dengan hati yang tulus dan bersih,” ajaknya.
Limbong bukan pegawai Dinas Pariwisata atau makan gaji dari pemerintah. Dia menjalani kehidupan apa adanya, mengakui gagap berbahasa Indonesia, tapi dia merasa perlu memperhatikan dan mengawasi Sopo Guru Tatea Bulan hingga ke Pusuk Buhit, sebagai kawasan wisata yang menyimpan rangakaian sejarah serta budaya bangsa dari manusia pertama Ompu Mulajadi na Bolon di sana.
Wikipedia mencatat, Ompu Mulajadi na Bolon adalah dewa tertinggi dalam mitologi Batak. Ia menciptakan tiga tingkat dunia yaitu Banua Ginjang, Banua Tonga dan Banua Toru. Ini dilakukan dengan istrinya Manuk Patiaraja yang kemudian melahirkan tiga buah telur.
Dari tiga telur itu kemudian menetas Batara Guru, Soripada dan Mangala Bulan. Ketiga dewa ini yang kemudian menciptakan tiga tingkat dunia. “Ompu Mulajadi na Bolon, awal adanya wajah, awal adanya suara,” tersebut dalam pengantar doa yang dilantunkan Limbong. *