Yasonna mengambil contah sejumlah brand fashion dunia yang terkenal dan produknya dibandrol mahal sebab keuntungan HaKI.
“Mereka peduli akan kekayan intelektual. Jadi meskipun dengan bahan yang sama saat memproduksi pakaian atau aksesoris, namun karena memiliki brand terkenal sehingga harganya jauh melampaui harga kompetitornya. Hendaknya begitu pulalah dengan indonesia dan terkhusus di Sumatera Utara ini,” ujar Yasona.
Dalam catatan Menkumham, pemohon HaKI terbanyak sejauh ini dari Sumatera Utara, hingga pantaslah seminar ini pertama kali di gelar di Medan dan menyusul di 6 Provinsi lainnya yaitu DKI, Jateng, Jabar, Jatim , Sulawesi Selatan dan Bali.
“Saya berharap gelaran Roving Seminar ini bisa meningkatkan pemahaman Kepala Daerah dan pimpinan perguruan tinggi untuk memanfaatkan sistem Kekayaan Intelektual dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi wilayah,” sebutnya.
Roving seminar ini diisi dengan rangkaian diskusi menarik seputar Kekayaan Intelektual yang tentunya melibatkan nara sumber kredibel di bidangnya di antaranya Direktur Hak Cipta dan Desain Industri, Direktur Merek dan Indikasi Geografis, Direktur Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan KI, Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, dan praktisi kekayaan intelektual lainnya.
Sebelumnya seminar dibuka dengan menabuh bersama alat musik khas Sumatera Utara Gordang Sambilan, kemudian dilanjutkan dengan tarian khas Sumatera Utara serta pertunjukan lagu-lagu etnik.
D|sgi-105.