Dedi Mulyadi Terapkan Program Pembinaan Siswa Bermasalah di Barak TNI-Polri

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. (Foto: Ist.)

Jakarta-Mediadelegasi : Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menjadi sorotan publik setelah meluncurkan program pembinaan siswa bermasalah di barak TNI-Polri. Kebijakan kontroversial ini menuai beragam reaksi, tak terkecuali dari kalangan elit yang dinilai Dedi hanya mampu berkomentar tanpa memberikan solusi nyata. Pernyataan pedas Dedi tersebut langsung memicu perdebatan sengit di media sosial.

“Mereka hanya bisa mengkritik dari balik layar, tanpa pernah merasakan langsung tantangan mendidik anak-anak yang terjerumus dalam kenakalan,” ujar Dedi dalam sebuah wawancara, menyoroti ketidakpedulian para elit terhadap permasalahan anak jalanan dan siswa yang terlibat tawuran. Ia mempertanyakan peran aktif para elit dalam mengatasi masalah sosial yang begitu kompleks.

Program pembinaan ini, yang direncanakan dimulai awal Mei 2025, menargetkan siswa yang terlibat dalam berbagai bentuk kenakalan remaja, mulai dari tawuran, penyalahgunaan narkoba, kecanduan game online hingga melawan orang tua dan membolos sekolah. Dedi menekankan bahwa program ini bukan untuk menghukum, melainkan untuk membina dan membentuk karakter siswa agar lebih disiplin dan bertanggung jawab.

Bacaan Lainnya

Para siswa yang terpilih akan menjalani pelatihan khusus di barak TNI-Polri, yang meliputi kegiatan fisik seperti latihan baris-berbaris, olahraga, dan kegiatan bersih-bersih. Selain itu, mereka tetap akan mengikuti pembelajaran akademik dengan guru-guru yang didatangkan dari sekolah asal mereka. Dedi memastikan akan tersedia fasilitas belajar yang memadai di barak tersebut.

Meskipun Dedi mengklaim telah mendapatkan dukungan dari orang tua siswa dan masyarakat Jawa Barat, kebijakan ini tetap menuai kontroversi. Banyak pihak mempertanyakan efektivitas program tersebut dan potensi pelanggaran hak asasi manusia. Kekhawatiran akan dampak psikologis pada siswa juga menjadi sorotan utama.

Kritik juga datang dari kalangan akademisi yang mempertanyakan pendekatan yang digunakan. Mereka menyarankan agar pemerintah fokus pada pencegahan dan memberikan solusi yang lebih komprehensif, bukan hanya sekedar penindakan. Perlu adanya evaluasi mendalam terhadap akar permasalahan kenakalan remaja dan solusi jangka panjang yang lebih efektif.

Pos terkait