“Ini menjadi miris. Saat dijemput ibunya, mereka menangis. Di sinilah kami melihat, kuatnya peran ibu, orang tua, untuk memberikan edukasi ke anak-anaknya,” kata AKP Yusuf. Fenomena ini mendorong Densus 88 untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk keluarga dan komunitas, untuk mencari solusi yang tepat.
Proses doktrinasi yang dilakukan oleh kelompok radikal teror di media sosial tidak terjadi secara instan, melainkan bertahap. Tahap pertama adalah penyebaran propaganda. Mereka menyebarkan konten-konten provokatif yang bertujuan untuk memancing emosi dan keresahan.
Setelah propaganda tersebar, mereka akan melakukan pemetaan. Pada tahap ini, mereka memantau reaksi dan respons dari pengguna media sosial terhadap propaganda yang disebarkan. Mereka mencari individu-individu yang menunjukkan ketertarikan atau memiliki pandangan yang sejalan. D|Red.
Baca artikel menarik lainnya dari
mediadelegasi.id di GOOGLE NEWS.






