DPRDSU Desak Evaluasi Komut dan Managemen PT PSU

DPRDSU Desak Evaluasi Komut dan Managemen PT PSU
Sekrataris Fraksi PDI perjuangan DPRD Sumut Ustadz Syahrul Efendi Siregar secara tegas meminta Gubernur Sumatera Utara segera mengambil tindakan agar permasalahan yang terus terjadi di PT PSU segera teratasi. Foto: D|Ist

Medan-Mediadelegasi:  Selain tak memberikan kontribusi yang berarti terhadap Pendapatan (PAD)  PT Perkebunan Sumatera Utara (PSU) disebut secara terus menerus menggerogoti Penyertaan Modal yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Karenanya, Sekrataris Fraksi PDI perjuangan DPRD Sumut Ustadz Syahrul Efendi Siregar secara tegas meminta Gubernur Sumatera Utara segera mengambil tindakan agar permasalahan yang terus terjadi di PT PSU segera teratasi.

“Banyak persolan yang terjadi di PT PSU sehingga perusahaan tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh dan mendasar,” ujar Ustadz Syahrul dalam keterangan tertulisnya,  Rabu (11/1).

Permasalahan pertama, kata Ustadz Syahrul terkait informasi akurat yang disampaikan oleh internal PT PSU tentang adanya tender beras bagi karyawan yang menguntungkan oknum manajemen PT PSU.

Bacaan Lainnya

“Informasi yang kami dapat Pejabat PT PSU yang saat ini menjabat sebagai Komisaris melakukan mark-up harga beras. Direktur terpilih meniadakan tender beras ternyata harga beras hanya Rp9.500 per Kilogram, sementara harga sebelumnya Rp10.500 per Kilogram, artinya ada Rp1.000 per kilogram yang dimark-up dengan mekanisme tender oleh manajemen sebelumnya,” beber Ustadz Syahrul.

Terkait temuan penggelapan CPO PKMS Tanjung Kasau Lanjutnya, dimana kasusnya berawal dari adanya surat keberatan dari PT. Multimas Nabati Asahan kepada PSU, surat tanggal 27 November 2020, karena PSU tidak dapat memuat CPO sesuai kontrak, dan disebutkan bahwa hal ini sudah berulang kali terjadi.

“Sementara berdasarkan laporan harian group maskep, dilaporkan bahwa stok CPO masih tersedia,dan anehnya  setelah dilakukan pemeriksaan stok CPO dan ditemukan adanya selisih CPO 480.503 yang tidak ada fisiknya,” terangnya.

Yang perlu dicermati dari kasus tersebut Ungkap Ustadz Syarul, ada kesan pembiaran dan penyelesaian kasus yang bertele-tele, sehingga patut diduga adanya keterlibatan manajemen yang lebih tinggi yang melindungi MASKEP PMKS yang disebutkan sebagai pelaku tunggal.

“Apalagi kita melihat Kebun-kebun PT PSU tidak pernah dilakukan perawatan dan pemupukan secara baik, padahal anggaran untuk pemupukan dan perawatan selalu disediakan,” ungkapnya.

Ust Syahrul juga mengungkapkan beberapa persoaln lain di antaranya  terkait kerjasama PSU dengan Primkopad, yang dalam kontrak kerjasama tidak ada kompensasi biaya. “Kerjasama ini perlu ditelusuri dan digali  lebih jauh, selain tidak lazim dalam kontrak kerjasama, apakah senilai kompesasi tersebut, apakah tidak ada hal lain dibalik kerjasama tersebut,” ungkapnya.

Terakhir Ustadz Syahrul juga menanyakan soal kehilangan minyak kotor (Miko) yang tidak diketahui di Pabrik PKS Simpang Gambir. Hal ini mengindikasikan adanya keterlibatan manajemen.

“Bila pun keterlibatan manajemen tidak dapat dibuktikan, setidaknya kehilangan Miko tersebut menunjukan adanya pembiaran atas prilaku curang dan culas dalam pengelolaan perusahaan milik daerah,” pungkasnya. D|Red

Pos terkait