Namun, diakuinya, ketersediaan pembiayaan KUR dengan suku bunga dua persen tersebut masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petani di Sumut karena masih banyak petani menghadapi kendala dalam menggunakan layanan KUR secara digital.
Ironisnya, mereka lebih memilih meminjam uang kepada para tengkulak meskipun dengan suku bunga hingga tiga persen per hari.
Karena itu, lanjutnya, kapasitas petani di Sumut harus terus ditingkatkan agar mereka memiliki keterampilan mumpuni dalam menjalankan profesi sebagai petani.
Seiring dengan langkah tersebut, Edy menambahkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut terus berupaya mengurangi ketergantungan terhadap tengkulak, di antaranya menyediakan KUR dengan suku bunga rendah.
Edy juga menyatakan bahwa penyebab inflasi pangan mencapai 5,3 persen dan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok di Sumut dipicu oleh ulah para tengkulak.
“Saya harap tengkulak-tengkulak ini minggir. Ini mengganggu inflasi,” katanya. D|Red-06