Medan-Mediadelegasi: Kerukunan antarumat beragama dalam keberagaman suku, agama, ras dan budaya perlu terus menerus dirajut bersama.
Pesan tersebut disampaikan Ketua Komisi Kerawan Keuskupan Agung Medan Pastor Yosafat Ivo Sinaga, OFMCap dan Ustadz Abdul Kholik, S.Pdi, M.Si dalam forum Dialog Interaktif HorasMedan yang digelar Mediadelegasi Medan, Kamis (22/12).
Dialog interaktif ini mengusung tema Membangun Sinergitas Antarumat Umat Beragama di Tengah Keberagaman dengan Menyadari Natal dan Tahun Baru (Nataru) sebagai Anugerah Tuhan.
” Sebagai warga negara Indonesia, kita sudah terbiasa dan seharusya hidup dalam keragaman, baik dalam keragaman agama, adat istiadat, suku, budaya, dan bahasa,” ujar Ustadz Abdul Kholik.
Dalam acara dialog interaktif yang dipandu Redaktur Pelaksana Mediadelegasi Maruli Agus Salim tersebut, ia meyakini hidup dalam keragaman akan membuat Indonesia bertahan menjadi negara yang mempunyai persatuan dan kesatuan yang kuat dan tangguh.
Oleh karena itu, lanjut Kholik yang juga guru MTsN 2 Kabupaten Deli Serdang ini, keragaman dan kesatuan harus dijaga, dirawat dan disyukuri dengan saling menghormati, menghargai dan mengasihi.
Ia juga berharap seluruh umat Islam mensyukuri kekayaan keberagaman yang telah dianugerahkan Allah SWT di Indonesia.
Dikatakannya, masyarakat Indonesia memang berbeda-beda, baik berbeda secara agama dan keyakinan, suku, bahasa, maupun budayanya.
“Namun, sampai kapan pun, Indonesia tetaplah satu dalam persaudaraan. Inilah sebuah anugerah yang harus dijaga oleh bangsa Indonesia sebagai kekuatan besar dalam menghadapi segala tantangan,” ucapnya.
Sebab, Kholik menuturkan bahwa Islam menganjurkan untuk menghormati siapapun tetangga, baik mereka seagama, sesuku, dan sama warna kulitnya, maupun mereka itu berbeda agama, suku, ras, budaya dan adat istiadat.
Kata kunci perilaku toleran dalam kehidupan bertetangga itu, lanjutnya, tidak lain adalah saling menghormati dan kemauan memaknai perbedaan sebagai rahmat dari Allah SWT.
“Keragaman adalah “sunnatullah” yang tidak bisa diingkari, di mana Allah menciptakan manusia bukan dalam keseragaman, melainkan dalam keragaman. Dari perbedaan itu, Allah memerintahkan agar kita saling mengenal dan mengasihi, bukan untuk saling memusuhi,” katanya.
Lebih jauh Kholik menyatakan bahwa dirinya selaku pribadi sangat tidak setuju dengan upaya pihak-pihak tertentu menggunakan politik identitas sempit sebagai senjata politik, sebab bisa memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Pelabelan “kadrun” dan “kampret” yang mengemuka sejak Pilpres 2019 lalu, menurutnya, merupakan hasil kerja para aktor-aktor politik bercita rasa rendah yang secara sadar telah menciptakan masyarakat terbelah menjadi dua kubu yang berlawanan.
Perkuat toleransi
Dalam kesempatan yang sama, Pastor Yosafat Ivo Sinaga mengingatkan segenap umat Katolik agar senantiasa menjunjung tinggi dan memperkuat toleransi antarumat beragama yang selama ini sebenarnya berjalan harmonis.
Salah satu contoh harmonisasi kehidupan beragama itu dapat dilihat dari keberadaan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal di Jakarta.
Ia menceritakan, jika Lebaran yang jatuh pada hari Minggu, pihak gereja meniadakan ibadah pagi dan diganti dengan membantu perayaan sholat Ied.
Begitu pula pada Natal, jemaah Istiqlal sengaja meluangkan lahan parkir khusus untuk jemaah Gereja Katedral saat beribadah Natal.
Dikatakan Yosapat, pada dasarnya semua agama, suku dan budaya mengajarkan tentang kebaikan tidak ada yang mengajarkan pertengkaran apalagi permusuhan.
Keragaman yang ada di Indonesia, menurutnya, merupakan sebuah keniscaya dan untuk merawat keragaman yang ada tentunya harus menjadi tanggung jawab bersama.
“Ini kekayaan yang luar biasa yang dipercayakan Tuhan kepada kita untuk membangunnya agar negara ini menjadi negara yang damai sejahtera dan berkeadaban,” katanya.
Kebaikan-kebaikan yang muncul dari berbagai elemen bangsa, sebut Yosapat, sejatinya perlu dikedepankan untuk kepentingan bersama dikontribusikan untuk kemanfaatan bersama.
Ia juga menekankan tentang pentingnya mengenalkan anak pada keragaman agar dimulai sejak usia dini, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk menanamkan sikap toleransi tersebut, ia mengingatkan kepada para orang tua maupun guru perlu senantiasa memberi contoh langsung bagaimana sikap baik ucapan maupun perbuatan yang menunjukan toleransi dan menghormati keberagaman.
Terkait dengan momentum Hari Natal tahun ini, Pastor Yosapat berpesan kepada segenap umat Katolik terutama di Sumatera Utara agar menjadikan peringatan Natal menjadi puncak bagi tumbuhnya kesadaran baru dan instropeksi diri agar sesama manusia saling mencintai, saling menjaga, dan saling mengasihi. D|Red-04