NASIB kawasan Danau Toba atau Geopark Toba bakal tak sama dengan Geopark Batur di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dan Gunung Sewu di Jawa. Pasalnya, dari enam geopark di Indonesia hanya dua yang sudah direvalidasi dan mendapat ‘green card’ perpanjangan status untuk empat tahun berikutnya, yaitu geopark Batur dan Gunung Sewu.
Jelang kunjungan Tim Assesor Unesco, Mei 2023 mendatang, menuai kecemasan praktisi dan aktivis peduli Danau Toba. Antara lain datang dari Dr Wilmar E Simandjorang Dipl Ec MSi, Koordinator Bidang Edukasi, Penelitian dan Pengembangan BP Toba Caldera Unesco Global Geopark (UGGp).
Kepada Mediadelegasi, Sabtu 14 Mei 2022, Wilmar E Simandjorang cukup banyak faktor yang harus dibenahi secara serius untuk membangun Kaldera Toba. Lebih prioritas, adalah keteladanan pejabat.
“Bagaimana perlakuan murid, jika gurunya masih kencing berdiri. Pejabatnya doyan pencitraan, padahal dalamnya makin keropos,” ungkap Wilmar E Simandjorang yang juga Penggiat Lingkungan Kawasan Danau Toba ini.
Dia mengakui, membangun Sumber Daya Manusia memerlukan edukasi. “Tapi kita harus melihat isi kepala dulu, karena itu yang mempengaruhi seluruh anggota tubuh,” ketusnya.
BACA JUGA: Sibeabea, Walau Gersang Banyak yang Datang
Sehingga, katanya, sejumlah pendidikan untuk kualitas Sumber Daya Manusia dalam bentuk training, asesemen untuk kebutuhan kemajuan pariwisata Danau Toba selama ini masih bersifat Top-Down.
“Peserta yang dibidik untuk mendukung kemajuan pariwisata belum tepat sasaran. Setiap tahap training, hanya berganti peserta, lalu habiskan anggaran untuk tas, baju dan honor peserta, lalu siapkan laporan pertanggungjawaban keuangan,” Wilmar menceritakan pengalamannya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Toba Samosir (2000-2003) ini pun mengakui, pejabat cendrung menyalahkan masyarakat. “Itu makanya, jadi pejabat jangan hanya menjadi pemangku kepentingan, tapi harus mampu sebagai pemangku kebijakan,” ujarnya seraya menyebutkan, semua pejabat harus memberi keteladanan.
Terkait pengelolaan banyak tampat wisata di Kawasan Danau Toba, Penjabat Bupati Samosir (2004-2005) ini mencontohkan Penataan Wisata Santroni-Yunani dan Labuan Bajo NTT.
Pemerintah Kabupaten Samosir secara khusus, didorong untuk melakukan penataan dan memberi pembinaan bagi masayarakat dan pelaku pariwisata dalam pengelolaan tempat-tampat wisata.
Wilmar menilai lokasi wisata yang sebelumnya ramai dikunjung wisatawan lokal namun saat ini mulai terlihat kumuh dan sejumlah tempat dipenuhi sampah dan instalasi limbah tidak ada karena langsung menuju danau.