Maka dari itu, dalam agama Semitik atau agama Abrahamistik (agama rumpun Ibrahim, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam), terdapat lambang pohon terang.
Keberadaan pohon terang itu idealnya justru dimaknai sebagai Cahaya Milik Tuhan yang melambangkan hadirnya kehidupan baru bagi manusia menuju puncak kesadaran akan ke-Maha-hadiran Tuhan dalam setiap dimensi kehidupan.
BACA JUGA: Bagikan 2.500 Panganan Khas Natal di Samosir
Tak Perlu Diperdebatkan
Hal ini, bukan untuk diperdebatkan tanpa dasar pengetahuan dan keinsafan yang mendalam dengan bernada saling merendahkan, sehingga sejatinya membuat yang bersangkutan jauh dari kehadiran Tuhan.
Demikian juga pada perayaan Natal ada pohon terang yang keberadaannya tidak perlu diperdebatkan, bahkan sampai berbuntut saling mengkafir-kafirkan atau saling melontar kata-kata sesat antar sesama umat beragama.
Di sisi lain, apakah umat Kristiani memaknai pohon terang sebagai lambang keinsyafan untuk menuju kebijaksanaan dan kearifan yang sejati guna mendekatkan diri kepada Tuhan, atau pohon terang hanya sebatas sebagai ornamen/dekorasi pada perayaan Natal, maka semuanya tergantung pada mereka.*
Penulis: Bambang Saputra | Alumni Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sumatera Utara Medan