“Namun demikian tingkat risiko tsunami tersebut dapat dikurangi dengan meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan Pemerintah Daerah dan masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana tersebut,” ujar Agus Riyanto.
Menurutnya, BMKG melalui Stasiun Geofisika Klas I Deli Serdang mengadakan kegiatan SLG di Sipirok pada tanggal 28-29 September 2021 yang meliputi sesi paparan dan diskusi tentang potensi kegempaan dan tsunami di wilayahTapsel, system dan produk peringatan dini tsunami BMKG, kesiapsiagaan menghadapi gempabumi dan tsunami.
Kemudian, peran media, masyarakat siaga tsunami IOC-UNESCO, serta sesi simulasi dalam ruangan (Table Top Exercise-TTX) yang mensimulasikan terjadinya gempabumi M 8,7 berpotensi tsunami bersumber dari megathrust Nias-Simeulue yang kemudian direspon oleh peserta SLG.
“Seperti kita ketahui bersama bahwa gempabumi belum bisa diprediksi sehingga dapat terjadi kapan saja. Dengan demikian kegiatan terkait dengan mitigasi bencana gempabumi berpotensi tsunami menjadihal yang penting dilaksanakan meskipun di saat masih dalam situasi pandemi Covid-19,” ujarnya.
SLG itu sendiri, kata Agus, senantiasa tetap berupaya untuk menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dalam pelaksanaan kegiatan ini.
SLG, tambahnya, merupakan salah satu ikhtiar untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah sekaligus membangun sikap tanggap gempabumi dan tsunami bagi masyarakat serta sekolah yang berada di wilayah berpotensi gempabumi dan tsunami untuk mewujudkan masyarakat siaga tsunami (Tsunami Ready Community) di Kabupaten Tapsel. D|Red-09|Rel