Isolasi mandiri atau isolasi dalam pengelolaan pemerintah sebagai cara satu-satunya menghambat laju pandemi virus yang sejak setahun lebih menjadi salah satu standar penanggulangan.
Pembatasan komuter atau forensen yang diterapkan di jaman wabah Thaun tentunya diharapkan menjadi trik jitu pada masa pemerintahan Khalifah. Kita simak hadis dari Abdurrahman bin Auf yang artinya: “Apabila kalian mendengar ada penyakit menular di suatu daerah, jangan lah kalian memasukinya; dan apabila penyakit itu ada di suatu daerah dan kalian berada di tempat itu, jangan lah kalian keluar dari daerah itu karena melarikan diri dari penyakit itu.” (HR Riwayat Bukhari)
Sejarah mencatat, penyakit thaun juga terjadi di jaman Umar bin Khathab. Kala itu, Umar bin Khathab menahan diri memasuki negeri Syam, karena wabah thaun tengah melanda negeri itu.
Melihat itu, Abu Ubaidah RA bertanya kepadanya, “Apakah kamu lari dari takdir Allah?” Umar menjawab, “Ya, kami lari dari takdir Allah menuju takdir Allah.”
Jawaban Umar tersebut berlandaskan dari sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Jangan lah orang yang terkena penyakit mendatangi orang yang sehat.”
Corona Mirip Thaun
Dari sisi tingkat pandemi dan masa inkubasinya, coronavirus mirip dengan Thaun. Buku Rahasia Sehat Ala Rasulullah SAW’, Nabil Thawil menulis penyakit thaun sebagai penyakit menular yang bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini berasal dari infeksi bakteri Pasterella Pestis.
Bakteri thaun ini dibawa oleh Xenopsella Cheopis (kutu anjing) yang berasal dari darah tikus. Sebab, Xenopsella Cheopis sejatinya hidup di tubuh tikus. Wabah pertama terjadi pada tikus dan menyebar ke manusia. Melalui darah tikus yang berada di kutu anjing tersebut menular lah ke manusia melalui kulit dan darah.