Reformasi sosial tersebut termasuk mengesampingkan polisi agama bersenjatakan tongkat yang biasanya mengusir pria keluar dari mal saat waktu sholat, memperkenalkan kembali bioskop dan menyelenggarakan festival musik.
Perubahan-perubahan tersebut bertepatan dengan meningkatnya penindasan yang menargetkan perbedaan pendapat, termasuk dari para ulama konservatif yang mungkin akan memprotes langkah tersebut.
Shouq Mohammed, seorang influencer fesyen Suriah yang menghadiri peragaan busana pada hari Jumat, mengatakan bahwa pagelaran ini tidaklah mengejutkan mengingat upaya Arab Saudi untuk membuka diri terhadap dunia dan mengembangkan sektor fesyen dan pariwisatanya.
Industri fesyen pada tahun 2022 menyumbang $12,5 miliar, atau 1,4 persen dari PDB nasional, dan mempekerjakan 230.000 orang, menurut laporan yang diterbitkan tahun lalu oleh Komisi Fesyen resmi Arab Saudi. “Ini adalah pertama kalinya peragaan busana pakaian renang diadakan di Arab Saudi, tapi mengapa tidak? Sungguh, mengapa tidak?” Kata Mohammed.
“Itu mungkin dan kami memilikinya di sini.”
Raphael Simacourbe, seorang influencer asal Prancis yang juga hadir pada hari Jumat, mengatakan bahwa tidak ada yang aneh di matanya, namun dalam konteks Arab Saudi, hal itu merupakan sebuah pencapaian besar.
“Itu sangat berani dari mereka untuk melakukan itu hari ini, jadi saya sangat senang menjadi bagian darinya,” katanya.
Acara ini menegaskan komitmen Kerajaan untuk mengubahnya menjadi pusat fashion mewah dan pertukaran budaya, melalui menyoroti bakat lokal dan meningkatkan komunikasi dan jaringan dengan pembeli dan media global, kutip kantor berita resmi Kerajaan Saudi.D|Red