Seiring berjalan waktu dan dengan meluasnya persebaran anggota Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia, berkembang menjadi sebuah populasi garis keturunan tradisi yang dilakukan untuk menghubungkan kembali identitas kemargaan.
Tradisi ini diaplikasikan dalam martarombo atau martutur. Tarombo atau silsilah jangan menjadi pemicu perpecahan tetapi harus menjadi arah kesatuan atau pemersatu.
Aktivitas merantau Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia didorong oleh adanya motif ekonomi untuk mencari kehidupan yang lebih baik ditempat lain.
Hal ini terutama didorong oleh berhaslnya sejumlah perantauan yang lebih dulu di luar Samosir. Selain itu, faktor pendidikan tinggi juga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi. Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia menyadari bahwa anggota Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia telah tersebar di wilayah Indonesia.
Untuk menjaga kelestarian budaya Batak dan eksistensi Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia perlu membentuk Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia di daerah perantau.
Kesamaan marga secara naluriah menjadikan ikatan kekeluargaan. Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia harus mampu mempersatukan marga Sitanggang tanpa melihat atau memandang sohe atau perbedaan yang masih ada.
Perbedaan yang masih ada harus mampu menjadi motivasi bagi anggota Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia agar punguan dapat menjadi solusi dari anggota marga Sitanggang yang berada menyebar si tanah Indonesia Raya.
Punguan yang ada entah apa pun namanya selama ini hendaknya dapat bergabung dalam satu nama yakni Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna Indonesia.
*Penulis: Dosen Universitas Katolik Santo Thomas