Sarasehan HPN 2025: 80 Persen Sumber Berita Konvensional Kini Berasal dari Media Sosial

HPN 2025: 80 Persen Sumber Berita Konvensional Kini Berasal dari Media Sosial

Pekanbaru-Mediadelegasi: Sekretaris Dewan Pakar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Nurjaman,  mengungkapkan 80 persen sumber berita yang disajikan oleh sejumlah media konvensional kini berasal dari media sosial.

Kemudian, semakin banyak instansi yang membuat konten berita sendiri melalui portal dan media sosial mereka.

Pernyataan tersebut diungkapkan Nurjaman saat menjadi salah satu pembicara dalam Sarasehan Nasional Media Massa yang diselenggarakan Panitia Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2025,  di Pekanbaru,  Provinsi Riau,  Sabtu (8/2).

Bacaan Lainnya

Dalam sarasehan nasional bertema “Preservasi Jurnalisme sebagai Pilar Demokrasi Digital”  tersebut, ia memperkirakan ke depan perusahaan atau instansi sumber berita akan membuat konten masing-masing serta menyimpannya di portal dan sosial media masing-masing.

Sebab,  lanjutnya, dengan program kecerdasan buatan atau “Artificial Inteligence”,  membuat narasi atau video berita bukan hal yang sulit lagi.

“Peran media mainstream ke depannya jangan-jangan hanya berfokus pada verifikasi konten dan pertanggungjawaban terhadap Dewan Pers,” ucap Nurjaman.

Sementara,  Ketua Dewan Pengawas TVRI, Agus Sudibyo, menyatakan kebutuhan masyarakat terhadap informasi berkualitas dan bertanggung jawab semakin besar.

Meskipun media sosial terus berkembang dan semakin mendominasi, Agus menegaskan bahwa itu tidak dapat sepenuhnya menggantikan fungsi media tradisional dalam menyediakan informasi yang akurat dan terverifikasi.

“Tentu, kita tidak perlu terlalu khawatir karena di tengah disrupsi ini, tetap ada kebutuhan yang kuat akan informasi berkualitas dan jurnalisme yang bertanggung jawab,” ujarnya.

Media sosial, menurut dia, tdak bisa sepenuhnya menggantikan kebutuhan masyarakat akan informasi yang mendalam dan berbasis fakta.

Secara global, Agus menilai, tidak tertutup kemungkinan ada kekhawatiran yang sama, yakni media sosial justru semakin memperburuk perpecahan di antara masyarakat, baik dalam hal agama maupun politik.

Agus menyinggung pentingnya model distribusi konten yang adaptif.

Ditambahkannya, saat ini sangat tidak masuk akal jika ada media yang tidak menggunakan media sosial sebagai saluran distribusi konten.

Pembicara lain, yakni Ketua PWI Jawa Barat sekaligus Presiden Direktur Ayo Media Group Hilman Hidayat menyampaikan kekhawatirannya terkait masa depan jurnalisme di era digital.

Terlebih lagi, kata dia,  saat ini banyak media daring yang menghadapi serangan siber dari berbagai pihak yang tidak terpikirkan sebelumnya.

“Tugas kita merawat marwah dari jurnalisme apakah jurnalisme di era digital masih cerah atau makin suram? Tapi, jika melihat data yang saya kumpulkan kok makin suram,”  ujar Hilman

Sarasehan tersebut turut dihadiri kalangan tokoh pers nasional, antara lain  Tribuana Said, Ilham Bintang, Atal S. Depari, Asro Kamal Rokan, Dar Edi Yoga, Musrifah dan lainnya. D/Red

Pos terkait