PIMPINAN dan Alumni Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya menandatangani kesepakatan dan menyatakan, menolak keras sikap memperalat anak muda dan mahasiswa dan segala bentuk kekerasan mengatasnamakan kesuksesan Pemilu 2024.
Kesepakatan pernyataan itu diteken Rektor Unika Atma Jaya Prof Dr Yuda Turana SpS (K) dan Ketua Perluni-UAJ Michell Suharli, CPA CA yang menggambarkan sinergitas dan jiwa korsa yang menyatu antara alumni dan pimpinan almamater, dalam rangkaian Seminar Nasional Edukasi Politik bagi pelajar, Jumat (26/1), di Jakarta.
Poin kesepakatan juga menyatakan, mengambil bagian dalam Pemilu, sebagai hak dan tugas sebagai warga negara Republik Indonesia.
Kemudian, mengutamakan pendekatan damai tanpa kekerasan, sebagai salah satu cara menjunjung hak asasi setiap warga mengambil bagian dalam Pemilu.
Melibatkan orang muda dan mahasiswa dalam aksi-aksi nyata meningkatkan kemandiran dan kebebasan dalam Pemilu berdasarkan suara hati dan akal sehat serta mengutamakan kerja sama antara perguruan tinggi dan lembaga pendidikan untuk memperkuat pendidikan demokratis.
Seminar Nasional Edukasi Politik bagi Pelajar, mahasiswa dan generasi muda dimoderatori Salvatore Simarmata SSos MA
Seminar Nasional Edukasi Politik hibrida merupakan kolaborasi penyelenggara universitas dan alumni Unika Atma Jaya dihadiri lebih dari seribu orang muda mengambil tajuk “Orang Muda dan Masyarakat Mencermati Pemilu Bersih dan Mengawal Hasil Pemilu secara Bertanggung jawab untuk Masa Depan Indonesia yang Lebih Baik”.
Jatuh Cinta
Rektor Unika Atma Jaya, Prof Yuda Turana mengatakan, Pemilu 2024 pada 14 Februari nanti sangat menarik karena juga bertepatan dengan hari raya kasih sayang, yaitu Hari Valentine yang identik dengan orang muda.
Rektor Yuda mendeskripsikan perilaku orang muda yang dilanda asmara sesuai latar belakangnya sebagai neorolog dan pendidik, lalu mengaitkan dengan para pemilih Pemilu yang jatuh cinta pada calon pilihannya.
“Orang muda perlu memilih secara bijak, dan bersama kita membangun suatu masyarakat yang menghargai setiap pilihan, mari sukseskan pemilu dengan rasa dan logika,” urai Prof Yuda.
Sementara Ketua Umum Perluni Unika Atma Jaya, Michell Suharli mengapresiasi ajakan pimpinan almamater untuk mengedukasi pemilih pemula dan generasi muda dalam rangka menyukseskan Pemilu Damai.
“Peranan generasi muda dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia sangat krusial. Mulai dari perjuangan kemerdekaan, perjuangan lahirnya order baru, hingga perjuangan era reformasi. Berdasarkan paparan seminar tadi, sangat mungkin generasi muda menjadi game changer pilihan rakyat tentang kepemimpinan nasional”, ujar Michell usai seminar.
Komisioner KPU August Mellaz selaku pembicara kunci memberi tips memilih cerdas bagi generasi muda. Pemilih muda diharapkan memberikan atensi pada proses Pemilu, menyuarakan aspirasi atau ide gagasan pribadi, mencermati edukasi politik dari tokoh yang baik, memahami program kerja seandainya terpilih, dan mengenali rekam calon beserta rekam jejaknya.
Peneliti Senior Institute for Advance Research UAJ Muhammad Fajar PhD selaku pembicara memaparkan pemikirannya tentang aspirasi, kampanye, dan pilihan politik dikaitkan dengan respon orang muda.
Menurut Fajar, generasi muda perlu menemukan strategi-strategi kreatif dalam membangun komitmen yang kredibel dengan para politisi.
Pembicara dari aktivis kawal pemilu, Elisabeth Husrini memaparkan pentingnya generasi muda terlibat mengawal hasil Pemilu untuk kebaikan Indonesia. Partisipasi generasi muda dalam Pemilu juga sangat penting karena merupakan salah satu indikator kesehatan demokrasi, bentuk tanggung jawab sebagai warga negara, dan akhirnya berdampak sosial bagi dirinya sendiri
Praktisi hukum kawakan Cornel B Juniarto, pembicara seminar juga memberikan perspektif hukum praktik kampanye dan demonstrasi kekuasaan, terkait upaya terwujudnya pemilu bersih dan damai.
Bersikap Kritis
Dia juga mengungkapkan, ancaman Pemilu menjadi tidak bersih yang terbesar adalah politik uang, yang berakibat mendistorsi demokrasi, menciptakan ketidaksetaraan politik, dan meningkatkan apatisme publik terhadap politik. Lagi-lagi peran orang muda dikatakan sangat krusial dalam perspektif hukum pelaksanaan pemilu.
Pembicara dari Litbang Kompas Vincentius Gitiyarko Priyatno mengajak generasi muda untuk bersikap kritis membaca hasil survei dan bijak memanfaatkan media sosial tentang proses Pemilu. “Lebih dari separuh pemilih adalah anak muda. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda ikut memegang peran krusial dalam Pemilu 2024,” ujar Vincentius.
Peneliti Senior PKBM Unika Atma Jaya, Prof Dr Clara RP Ajisuksmo menampilkan hasil survei yang menunjukkan bahwa orang muda memiliki kepedulian dan antusiasme terhadap isu politik dan Agenda Pemilu tahun 2024.
“Lebih banyak orang muda berpartisipasi secara pasif dengan mengikuti pemberitaan terkait tokoh dan situasi politik terkini. Secara umum orang muda memiliki sikap realistis, namun tetap optimis. Citra, rekam jejak, janji politik, dan partai pengusung lebih menjadi pertimbangan orang muda,” ungkapnya. D|Red