Medan-Mediadelegasi : Rumah Sakit Umum Pusat (RSU) Dr. Pirngadi Medan, rumah sakit pemerintah terkemuka di Sumatera Utara, kini menghadapi tantangan baru. Sejak Januari 2025, rumah sakit ini telah merawat puluhan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), sebuah peran yang tidak tercantum dalam fungsi utamanya. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan tenaga medis dan pertanyaan tentang kapasitas serta kesiapan rumah sakit dalam menangani pasien dengan kebutuhan khusus ini.
Humas RSU Dr. Pirngadi Medan, Gibson Girsang, membenarkan informasi tersebut. Ia menjelaskan bahwa rumah sakit menyediakan empat dokter untuk merawat ODGJ yang ditampung di dua ruangan terpisah. Satu ruangan berkapasitas 25 orang, sementara ruangan lainnya dapat menampung hingga 30 orang. Namun, Gibson mengaku belum dapat memastikan jumlah pasti ODGJ yang saat ini dirawat di rumah sakit tersebut. Ia berjanji akan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan bagian pelayanan medik.
Ketidakpastian jumlah ODGJ yang dirawat menimbulkan pertanyaan tentang manajemen dan alokasi sumber daya. Apakah RSU Dr. Pirngadi Medan memiliki sumber daya yang cukup, baik dari segi tenaga medis, fasilitas, maupun obat-obatan, untuk memberikan perawatan yang optimal bagi pasien dengan kondisi kesehatan mental yang kompleks? Pertanyaan ini perlu dijawab secara transparan untuk memastikan kualitas perawatan yang diberikan.
Sumber daya manusia juga menjadi perhatian. Seorang perawat yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa beban kerja mereka meningkat signifikan sejak merawat ODGJ. Ia menyoroti bahwa seharusnya ODGJ ditangani oleh instansi atau rumah sakit khusus yang lebih tepat, bukan di RSU Dr. Pirngadi Medan yang difokuskan pada perawatan pasien umum. Pernyataan ini menunjukkan adanya potensi kekurangan tenaga medis terlatih dalam menangani pasien ODGJ.
Pernyataan perawat tersebut mencerminkan kekhawatiran akan kualitas perawatan yang mungkin terdampak. Perawatan ODGJ memerlukan pendekatan yang berbeda dan lebih spesifik dibandingkan perawatan pasien umum. Apakah RSU Dr. Pirngadi Medan telah menyediakan pelatihan khusus bagi tenaga medisnya untuk menangani pasien ODGJ? Hal ini penting untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan baik pasien maupun tenaga medis.
Perubahan fungsi RSU Dr. Pirngadi Medan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kebijakan pemerintah daerah dalam menangani kesehatan mental. Apakah kebijakan ini merupakan langkah sementara atau solusi jangka panjang? Apakah terdapat rencana untuk membangun atau meningkatkan fasilitas kesehatan mental khusus di Medan? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab untuk memastikan akses perawatan kesehatan mental yang memadai bagi masyarakat.
Ke depan, transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci. RSU Dr. Pirngadi Medan perlu memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai jumlah ODGJ yang dirawat, sumber daya yang tersedia, serta rencana ke depan dalam menangani situasi ini. Pemerintah daerah juga perlu menjelaskan kebijakan dan strategi dalam meningkatkan akses perawatan kesehatan mental bagi masyarakat.
Kejadian ini menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental di Indonesia. Akses perawatan yang memadai dan terintegrasi sangat penting untuk memastikan bahwa individu dengan gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang layak dan berkualitas. Perlu adanya koordinasi yang lebih baik antara rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, dan instansi terkait untuk memastikan hal tersebut.
Masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental. Stigma negatif terhadap ODGJ masih menjadi hambatan dalam upaya memberikan perawatan yang optimal. Pendidikan dan kampanye publik sangat penting untuk mengubah persepsi dan meningkatkan dukungan bagi individu dengan gangguan jiwa.
Kejadian di RSU Dr. Pirngadi Medan menjadi pengingat akan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan mental di Indonesia. Perlu adanya komitmen dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat untuk memastikan bahwa setiap individu memiliki akses terhadap perawatan yang berkualitas dan menghilangkan stigma yang masih melekat pada kesehatan mental. D|Red.






