Bendung Serdang Rp243 M tak Seindah Nasib 12 Ribu Petani

Bendung Serdang Rp243 M tak Seindah Nasib 12 Ribu Petani
Pintu air di saluran sekunder Bendung Serdang, belum berfungsi, diduga debit air yang tidak cukup, Rabu (4/1). Foto: D|maruli
Petani di Desa Baru, Batangkuis tetap menggunakan cara-cara lama dengan biaya mahal menggunakan mesin menyedor air untuk persawahan mereka. Foto: D|maruli

Menurutnya, indahnya bendung ini tak seindah khayalan mereka. “Kami harus tetap mengeluarkan uang ratusan ribu untuk membeli bahan bakar, gunya menghidupkan mesin menyedot air dari sumur buatan.

Penelusuran Mediadelegasi, DI yang mengendalikan aliran Sungai Belumai-Sungai Serdang tidak memenuhi debit air yang cukup. Sehingga dua saluran sekunder ke kanan Sungai Serdang untuk perswahan di Kecamatan Beringin hingga Pantai Labu, dan saluran sekunder ke kiri Sungai Serdang untuk persawahan daerah Batangkuis kondisinya mengering.

Ada memang, tiga unit mesin penyedot air di tepi Sungai Serdang, tak jauh di hilir jembatan, usianya sudah belasan tahun, konon milik BWS Sumatera II, hidup segan mati tak mau.

Hingga kini, petani mengelola sawah mereka dengan cara-cara lama yang membutuhkan biaya mahal untuk membeli bahan bakar minyak atau gas.

Harapan sekitar 12 ribu petani yang mengusahai 4.276 hektar persawahan di kawasan itu pupus. Petani belum ikut memanfaatkan Bendung Serdang merupakan intake DI Serdang dimulai peletakan batu pertamanya 1 November 2018 oleh Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II.

Harapan dan angan belasan ribu petani di tiga kecamatan kawasan dari Bendung Serdang sebagai solusi, tinggal isapan jempol.

TONTON VIDEONYA: Bendung Serdang Petani Meradang

Mayjen Sinema Telaumbanua ST, Kepala Seksi Keterpaduan Infrastruktur Sumber Daya Air BWSS II menjawab konfirmasi Mediadelegasi, Rabu (4/1), mengakui Bendung Serdang belum dapat mengaliri persawahan petani.

“Perlu penyelesaian tanggul bendung di bagian hulu, tahun ini akan dikerjakan. Kalau bendung dioperasikan, tanpa tanggul di hulu, permukaan air naik, bisa menggenangi pemukiman dan lahan masyarakat,” kata Mayjen Sinema Telaumbanua.

Pos terkait