Sebaliknya, wilayah NTB dan NTT yang relatif lebih kering, cocok untuk pengeringan hasil panen. Sektor pariwisata juga terdampak, khususnya destinasi pegunungan dan air terjun yang perlu mewaspadai hujan lebat dan kabut tebal.
Pengunjung pantai selatan Jawa dan Bali perlu berhati-hati terhadap gelombang tinggi dan angin kencang. Aktivitas laut seperti snorkeling dan surfing sebaiknya ditunda. Perjalanan darat juga perlu mewaspadai risiko jalan licin dan longsor, terutama di wilayah pegunungan.
Nelayan dan operator kapal diimbau memantau peringatan BMKG untuk meningkatkan kewaspadaan di laut, mengingat peningkatan tinggi gelombang di beberapa wilayah perairan, khususnya di Samudra Hindia Barat Sumatera, Perairan Selatan Jawa dan Bali, Perairan Selatan Lombok hingga Pulau Sumba.
Potensi turbulensi dan gangguan penerbangan akibat awan Cumulonimbus dan awan konvektif lain juga perlu diwaspadai di wilayah Sumatera, Banten, Jawa Barat, Selat Karimata, Laut Natuna, Kalimantan, Selat Makassar, dan Papua. Maskapai penerbangan perlu memperhatikan informasi SIGMET dan NOTAM.
BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini melalui berbagai kanal resmi BMKG dan mengikuti arahan dari pihak berwenang untuk meminimalisir risiko dampak cuaca ekstrem. Keselamatan dan kewaspadaan masyarakat menjadi prioritas utama dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem ini.
Dengan memperhatikan imbauan dan peringatan dini dari BMKG, diharapkan masyarakat dapat mengurangi risiko kerugian dan dampak negatif akibat cuaca ekstrem yang terjadi. Kesigapan dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem ini. D|Red.
Baca artikel menarik lainnya dari
mediadelegasi.id di GOOGLE NEWS.






