Ceramah di Pengajian MT Al-Ihsan H. Hasan Basri Sagala : Pemimpin itu Harus Santun, Damai dan Penuh Kasih Sayang

Ceramah di Pengajian MT Al-Ihsan H. Hasan Basri Sagala : Pemimpin itu Harus Santun, Damai dan Penuh Kasih Sayang

 

Medan-Mediadelegasi: Enam pekan di Sumatera Utara, H. Hasan Basri Sagala dikepung permintaan ceramah di berbagai tempat. Ditengah padatnya jadwal, Sabtu (5/10), H. Hasan Basri Sagala memenuhi undangan ceramah Pengajian MT Al-Ihsan di madrasah Jalan Pahlawan Medan.
“Peringatan Maulid Nabi juga merupakan bentuk kecintaan umat Islam atas anugrah datangnya manusia paling sempurna di muka Bumi ini yang membawa risalah dari Allah SWT bagi manusia. Ekspresi itu pun diwujudkan dalam berbagai acara di Indonesia seperti pembacaan Barzanji yang isinya riwayat hidup Rasulullah, ceramah keagamaan, dan beberapa perlombaan seperti lomba membaca Alquran, lomba adzan, dan lomba sholawat. Salah satu nilai mulia yang diajarkan adalah kesantunan, perdamaian, persaudaraan,”ujar H. Hasan Basri Sagala.
Maka tak heran, tambah Hasan, seorang sejarawan asal Skotlandia, Thomas Carlyle pernah menyatakan kekagumannya pada nabi Muhammad. Thomas Carlyle bilang, “Betapa menakjubkan seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling beperang dan kaum nomaden atau Badui menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua dekade.”
“Nabi Muhammad mengajarkan kita bagaimana menjadi pemimpin. Yang pertama, pemimpin dalam Islam harus memiliki sifat Siddiq artinya benar, Amanah dapat dipercaya, Tabligh bias menyampaikan, dan Fathonah cerdas. Sifat itu berkaca pada empat sifat baik yang dimiliki Rasulullah dalam memimpin umatnya,” jelas Hasan.
Yang kedua, sambung Hasan, pemimpin harus memiliki visi yang jelas. Karena dengan visi itulah yang nantinya mampu memberi petunjuk dengan benar
“Ciri pemimpin dalam Islam yang ketiga adalah kuat amanah ahli dan adil. Dalam An-Nisa ayat 58 disebutkan Allah memerintahkan manusia untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, menetapkan hukum di antara manusia dengan adil, memerintahkan kaum muslim untuk menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah, dan Allah melarang manusia untuk memihak atau zalim dalam memutuskan perkara. Jadi pemimpin itu tidak boleh dzalim,”ujar Hasan.
Sebagaimana telah tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 124, kata Hasan. Ayat ini menjelaskan bahwa kepemimpinan tidak terkait dengan keturunan, kelompok, dan agama. Allah menegaskan bahwa kepemimpinan itu harus jatuh pada orang yang tepat dan kompeten.
“Yang kelima, Seorang pemimpin harus memiliki kebijakan yang benar dan tidak mengikuti hawa nafsu. Yang keenam, adalah orang yang tentunya harus dekat kepada Allah dan Rasulnya. Yang terakhir, membangun tim yang kuat Sesuai dengan surat As shaff ayat 4 dan Al Imran ayat 103. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menjaga persatuan dan kesatuan, memerintahkan orang mukmin untuk mengajak manusia kepada kebaikan, menyuruh perbuatan Ma’ruf dan mencegah perbuatan Munkar,”pungkas Hasan.
Ditambahkan Hasan, memperingati maulid nabi kita jadikan momentum untuk mempersatukan kembali hati yang tercerai, suku yang terberai, dan persaudaraan yang sempat tercerabut dalam masyarakat. Masing-masing daerah di Indonesia mungkin memiliki istilah berbeda dalam ritual peringatan maulid nabi, ada yang menamai dengan gerebeg maulid, wewehan, dan lain sebagainya, namun subtansinya semua tetaplah sama.
Peringatan ini adalah bentuk rasa syukur, kebahagiaan, dan ajang untuk kembali menjalin persaudaraan sesama umat nabi Muhammad. Dan lebih indahnya lagi, ini menjadi media untuk kembali lebih toleran terhadap orang lain yang tidak seiman, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.
“Jadi harapannya selepas bulan Rabiul Awal kita tetap menjadi manusia yang mengedepankan rasa persatuan, perdamaian, dan persaudaraan dengan sesama. Mari kita menjadi umat Islam yang dapat menyebarkan rahmat bagi seluruh alam,” pungkasnya. D|red-06|rel

Pos terkait